BUDIDAYA ULAT SUTERA

                      Budidaya Ulat Sutera

 Potensi kebutuhan kokon sutera menjadi materi baku pembuatan benang sutera sangat tinggi, hal ini terbukti menurut penggunaan benang sutera pada industri tenun di Indonesia masih tergantung import dari China. Sebenarnya budidaya ulat sutera di Indonesia sudah lama dikenal, sayangnya kurang diminati.

Budidaya ulat sutera dimaksudkan buat membuat benang sutera sebagai materi standar pertekstilan (kain sutera). Untuk melakukan pemeliharaan ulat sutera, terlebih dahulu dilakukan penanaman murbei, yg adalah satu-satunya kuliner (pakan) ulat sutera, Bombyx mori L.
Berikut ini petunjuk gampang budidaya ulat sutera yang kami kutip dari Departemen Kehutanan.
1.      PERSIAPAN PEMELIHARAAN ULAT SUTERA
Sebelum program pemeliharaan ulat sutera dimulai, beberapa hal yg perlu diperhatikan menyerupai : tersedianya daun murbei menjadi pakan ulat sutera, ruang serta alat-alat pemeliharaan serta pemesanan bibit/telur ulat sutera.
a. Penyediaan Daun Murbei :
    • Daun murbei untuk ulat mini berumur pangkas $ 1 bulan serta buat ulat besar berumur pangkas 2-3 bulan;
    • Tanaman murbei yg gres ditanam, sanggup dipanen setelah berumur 9 bulan;
    • Untuk pemeliharaan 1 boks ulat sutera, diharapkan 400-500 kg daun murbei tanpa cabang atau 1.000 – 1.200 kg daun murbei dengan cabang;
    • Daun murbei jenis unggul yg baik buat ulat sutera adalah : Morus alba, M. Multicaulis, M. Cathayana serta BNK-tiga dan beberapa jenis lain yg sedang pada pengujian sang Balai Persuteraan Alam Sulawesi Selatan.
b.  Ruangan Peralatan.
  • Tempat pemeliharaan ulat kecil usahakan dipisahkan dari tempat pemeliharaan ulat besar ;
  • Pemeliharaan ulat mini dilaksanakan pada kawasan spesifik atau pada Unit Pemeliharaan Ulat Kecil (UPUK);
  • Ruang pemeliharaan harus mempunyai ventilasai dan jendela yang cukup:
  • Bahan-bahan serta alat-alat yang perlu disiapkan ialah : Kapur tembok, kaporit/papsol, kotak/rak pemeliharaan, kawasan daun, gunting stek, pisau, ember/baskom, jaring ulat, ayakan, kain epilog daun, hulu ayam, kerta alas, kerta minyak/parafin, lap tangan serta lain-lain;
  • Desinfeksi ruangan dan peralatan, dilakukan 2-3 hari sebelum pemeliharaan ulat sutera dimulai, memakai larutan kaporit 0,lima% atau formalin (2-3%), disemprotkan secara merata;
  • Apabila tempat pemeliharaan ulat mini berupa UPUK yang berlantai semen, maka selesainya didesinfeksi dilakukan pencucian.
c.       Pesanan Bibit.
  • Pesanan bibit disesuaikan menggunakan jumlah daun yang tersedia dan kapasitas ruangan dan peralatan pemeliharaan;
  • Bibit dipesan selambat-lambatnya 10 hari sebelum pemeliharaan ulat dimulai melalui petugas / penyuluh atau eksklusif pada pembuat telur;
  • Apabila bibit/telur sudah diterima, lakukan penanganan telur (inkubasi) secara baik semoga penetasannya seragam.
Caranya ialah menjadi berikut :
  • Sebarkan telur dalam kotak penetasan dan tutup dengan kertas putih yg tipis;
  • Simpan dalam tempat sejuk dan terhindari berdasarkan penyinaran surya pribadi, pada suhu ruangan 25° -28° C menggunakan kelembaban 75-85%;
  • Setelah terlihat bintik biru pada telur, bungkus dengan kain hitam selama dua hari
 2.      PELAKSANAAN PEMELIHARAAN ULAT SUTERA
Kegiatan pemeliharaan ulat sutera mencakup pemeliharaan ulat kecil, pemeliharaan ulat besar serta mengokonkan ulat.
A.    Pemeliharaan Ulat Kecil
Pemeliharaan ulat mini didahului dengan acara “Hakitate” yaitu pekerjaan penanganan ulat yang gres menetas disertai menggunakan donasi makan pertama.
  • Ulat yg gres menetas didesinfeksi menggunakan bubuk adonan kapur serta kaporit (95:5), kemudian diberi daun murbei yang belia dan segar yang dipotong kecil-kecil;
  • Pindahkan ulat ke sasag kemudian ditutup dengan kertas minyak atau parafin;
  • Pemberian makanan dilakukan tiga kali sehari yakni pada pagi, siang, dan sore hari;
  • Pada setiap instar ulat akan mengalami masa istirahat (tidur) serta pergantian kulit. Jika sebagian akbar ulat tidur ($ 90%), donasi makan dihentikan serta ditaburi kapur. Pada ketika ulat tidur, jendela/ventilasi dibuka semoga udara mengalir;
  • Pada setiap terselesaikan instar dilakukan penjarangan serta daya tampung kawasan diadaptasi menggunakan perkembangan ulat;
  • Pembersihan tempat ulat dan pencegahan hama serta penyakit harus dilakukan secara teratur.
Pelaksanaanya sebagai berikut :
  • Pada instar I serta II, pembersihan dilakukan masing-masing 1 kali. Selama instar III dilakukan 1-dua kali yaitu setelah kontribusi makan kedua dan menjelang tidur;
  • Penempatan rak/sasag semoga nir inheren pada dinding ruangan dan pada kaki rak dipasang kaleng berisi air, buat mencegah gangguan semut;
  • Apabila lantai tidak ditembok, taburi kapur secara merata semoga tidak lembab;
  • Desinfeksi badan ulat dilaksanakan sehabis ulat berdiri tidur, sebelum donasi makan pertama.
Penyalur ulat kecil dari UPUK ke daerah pemeliharaan petani / rongga di bawah rumah tempat tinggal atau Unit Pemeliharaan Ular Besar (UPUB), dilakukan ketika sedang tidur pada instar III. Perlakuan pada dikala penyaluran ulat menjadi berikut :
  • Ulat dibungkus menggunakan menggulung kertas alas;
  • Kedua sisi kertas diikat serta diletakkan pada posisi berdiri semoga ulat nir stress;
  • penyaluran ulat usahakan dilaksanakan pada pagi atau sore hari.
B.     Pemeliharaan Ulat Besar.
Kondisi serta perlakuan terhadap ulat besar tidak selaras menggunakan ulat kecil. Ulat besar memerlukan kondisi ruangan yang sejuk. Suhu ruangan yang baik yaitu 24-26° C dengan kelembapan 70-75%.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan ulat akbar merupakan menjadi berikut :
  • Ulat besar memerlukan ruangan/loka pemeliharaan yang lebih luas dibandingkan dengan ulat mini ;
  • Daun yg dipersiapkan buat ulat akbar, disimpan dalam tempat yang higienis serta sejuk serta ditutup dengan kain basah;
  • Daun murbei yg diberikan pada ulat akbar tidak lagi dipotong-pangkas melainkan secara utuh (beserta cabangnya).
  • Penempatan pakan diselang-selingi secara teratur antara potongan ujung dan pangkalnya;
  • Pemberian makanan dalam ulat besar (instar IV serta V) dilakukan 3-4 kali sehari yaitu dalam pagi, siang, sore serta malam hari;
  • Menjelang ulat tidur, donasi makan dikurangi atau tidak boleh. Pada saat ulat tidur ditaburi kapur secara merata;
  • Desinfeksi badan ulat dilakukan setiap pagi sebelum donasi makan menggunakan menggunakan campuran kapur serta kaporit (90:10) ditaburi secara merata;
  • Pada instar IV, pencucian tempat pemeliharaan dilakukan minimal 3 kali, yaitu dalam hari ke-dua serta ke-tiga serta menjelang ulat tidur;
  • Pada instar V, pembersihan tempat dilakukan setiap hari;
  • Seperti pada ulat mini , rak/sasag ditempatkan nir inheren pada dinding ruangan dan dalam kaki rak dipasang kaleng yang berisi air.
no suhu serta kelembapan Umur ulat (hari) Jumlah kebutuhan daun (kg) Luas tempat m2 keterangan I 26-28° C 2 – 3
1,5
0,4 m2 Awal 80-90% 1,6 m2 Akhir II 26-28° C 3 – 4
3,5
1,6 m2 Awal 80-90% tiga,2 m2 Akhir III 26° C dua – 3
15
3,lima m2 Awal
80persen
lima m2 Akhir IV 24-26° C 4 – 5 40-50 5 m2 Awal 70-75% 14 m2 Akhir V 24-26° C 6 – 7 350-400 15-18 m2 Awal 70-75%
  • Apabila lantai ruangan pemeliharaan tidak berlantai semen semoga ditaburi kapur buat menghindari kelembaban tinggi.
 C.    Mengokonkan Ulat.
Pada instar V hari ke-6 atau ke-7 ulat umumnya akan mulai mengokon. Pada suhu rendah ulat akan lebih lambat mengokon. Tanda-tanda ulat yang akan mengokon artinya menjadi berikut :
  • Nafsu makan berkurang atau berhenti makan sama sekali;
  • tubuh ulat menjadi bening kekuning-kuningan (transparan);
  • Ulat cenderung berjalan ke pinggir;
  • Dari verbal ulat keluar serat sutera.
Apabila tanda-tanda tadi telah terlihat, maka perlu pada ambil tindakan sebagai berikut :
  • Kumpulkan ulat dan tambahkan ke dalam alat pengokonan yg telah disiapkan menggunakan cara menaburkan secara merata.
  • Alat pengokonan yang baik dipakai adalah : rotari. Seri frame, pengokonan bambu dan mukade (terbuat berdasarkan daun kelapaatau jerami yg dipuntir menciptakan sikat tabung).
 tiga. PANEN DAN PENANGANAN KOKON.
Panen dilakukan dalam hari ke-lima atau ke-6 sejak ulat mulai membentuk kokon. Sebelum panen, ulat yang nir mengokon atau yang mangkat diambil kemudian dibuang atau dibakar.
Selanjutnya dilakukan penanganan kokon yg mencakup program menjadi berikut :
  • Pembersihan kokon, yaitu menghilangkan kotoran dan serat-serat dalam lapisan luar kokon;
  • Seleksi kokon, yaitu pemisahan kokon yg baik dan kokon yang cacat/jelek;
  • Pengeringan kokon, yaitu penanganan terhadap kokon buat mematikan pupa serta mengurangi kadar air dan semoga sanggup disimpan dalam jangka saat eksklusif;
  • Penyimpanan kokon, dilakukan apabila kokon nir tertentu dipintal/dijual atau menunggu proses pemintalan.
Cara penyimpanan kokon merupakan sebagai berikut :
  • Dimasukkan ke dalam kotak karton, kantong kain/kerta;
  • Ditempatkan pada ruangan yg kering atau tidak lembab;
  • Selama penyimpanan, sekali-sekali dijemur ulang di sinar mentari ;
  • Lama penyimpanan kokon tergantung pada cara pengeringan, tingkat kekeringan serta kawasan penyimpanan.
thank.................

0 Response to "BUDIDAYA ULAT SUTERA"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel