Hobi Burung Untung atau Rugi 2019
July 25, 2019
Add Comment

Image source: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnC0jj8ZW3KHQ2zfluVyCIj5qSDlCxMES4dZNQdO9j8bDCcl6MK_mj1QN0iKueFTuPTLoYGDIqyrbE0HmkGBxC1vQLaHIqaWb4mYarMBiHe_fkcXHUpzHsORM-iU5q_lzqc98Utb-lH5od/w1200-h630-p-nu/merpati-pos-merpati-carrier-pigeon-hobi-burung-dara-jawa-bali.jpg
[caption id="attachment_174581" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber : bayuajah74.blogspot.com"][/caption]
Bagi sebagian kalangan binatang piaraan mampu membagikan kegandrungan tersendiri. Salah satu yg hewan piaraan yg awam dipelihara, terutama olehpria ialah Burung.
Saya memiliki kenangan masa kecil saat Bapak suka memelihara burung. Seingat saya waktu masih Sekolah Dasar, bapak memiliki 2 belas burung yang dipelihara di dalam sangkar. Saya nir paham jenis-jenis burungnya. Hobi bapak ketika itu hanya bertahan beberapa bulan, tidak sampai setahun. Seingat saya saat adik saya lahir (saya anak sulung), burung-burung itu sudah dijual.
Pada saat masih memelihara burung, hal yg pertama kali dilakukan bapak sesudah sholat subuh artinya mengurusi burungnya. Mulai berdasarkan mengeluarkan ke 2 belas kandang burung itu dari dalam rumah ke halaman belakang. Setelah itu membersihkan kotoran burung & memandikannya.
Alas triplek yg penuh kotoran disemprot bersama air lalu dilap. Selanjutnya membarui air minum burung & menawarkan kuliner burung tergantung jenis burungnya. Makanannya macam-macam mulai menurut masakan burung pada kemasan, selain itu terdapat pisang, jangkrik, kroto( masakan burung berdasarkan semut rangrang).
Rutinitas ngurus burung-burung itu seolah sudah sebagai ritual di pagi hari sebelum bapak berangkat ke kantor. Kalau satu sangkar burung butuh ketika lebih kurang lima-10 mnt maka paling nir butuh ketika sekitar satu 1/2 jam atau lebih.
Sekarang waktu berkeluarga, aku tinggal di suatu perumahan, melihat tetangga aku (seusia bapak saya) pula memelihara burung. Jumlahnya hanya 3 ekor ditaruh pada 3 sangkar. Ketika mengamati tetangga, saya teringat masa mini . Suatu ketika tetangga ini akan kembali ke luar kota beberapa hari. Dia menitipkan burung piaraannya kepada penjaga keamanan komplek. Kepada penjaga keamanan ini ,tetangga saya menitipkan sejumlah uang untuk memberi makan burung, sekaligus upah penjaga keamanan.
Di kantor pun beberapa tahun yg kemudian aku teringat sebuah cerita tentang burung. Ketika itu terdapat seseorang sekuriti perusahaan yang bertugas mengawal kargo yg pada kirim dari perusahaan loka saya bekerja pada Ungaran Semarang ke sebuah alamat yg dituju pada Jakarta.
Keesokan hari-nya sebelum sampai pada alamat yg dituju pada Jakarta, saya menelepon & menginstruksikan supaya nanti sekuriti tadi menginap pada Jakarta.. Saya jelaskan ada perubahan planning pembeli pada Jakarta. Nampaknya pembeli akan mnegubah alamat pengiriman barang. Setelah hingga pada alamat yg dituju saya minta supaya barangnya jangan diturunkan, menunggu satu hari menanti kepastian final alamat pengiriman barang dari pembeli.
Dari nada bicaranya sekuriti tersebut nampaknya keberatan.
Sekuriti itu akhirnya beliau menunjukkan Pak mbok minta tolong supaya segara diberi kepastian, sehingga saya tidak perlu menginap
Ketika itu saya relatif gusar & membagikan, Ada kasus apa Pak, kenapa bapak keberatan bersama tugas yang diembankan pada Bapak
Maaf pak, sebenarnya kan tugas aku telah terselesaikan jadi saya tidak memiliki planning buat menginap jawabnya beserta nada memohon.
Di ujung telepon saya menukas, Maksudnya bagaimana Pak, tolong katakan yang jelas jangan muter-muter
Begini Pak Rikho, aku tuh masih ada tanggungan burung pada tempat tinggal , kalau saya nginap, burung nggak terdapat yang ngasih makan jawabnya beserta nada memelas.
Dalam batin aku jengkel, pusing mikiran kerjaan yang masih banyak kok sekuriti ini masih sempat-sempatnya nyuruh aku mikirin masalah burungnya yang pada tempat tinggal .
Kebetulan waktu itu pembeli pada Jakarta bisa memberi kepastian sebagai akibatnya sekuriti itu tidak jadi menginap.
Saya memang bukan termasuk golongan yg menyukai binatang piaraan contohnya halnya burung. Jadi sikap para penggemar burung ini bagi saya unik.
Dari kacamata aku , penggemar burung ini seolah misalnya mengabdi kepada binatang. Bayangkan saja, pagi-pagi membersihkan kotoran burung, memberinya makan, memandikannya. Sedangkan badan manusianya sendiri malah belum dibersihkan (mandi). Lha bila diri sendiri dinomorduakan, apalagi bersama anak istrinya ?
Ketika kembali pikiran & konsentrasinya terpecah beserta tetek bengek urusan burung yang ada di rumah. Dalam pandangan saya sih para penggemar burung ini contohnya orang-orang yang terkekang. Tidak bebas, contohnya halnya burung burung yg tidak bebas lantaran terkurung di dalam sangkar. Dimana pun dia berada burung kesayangan yg di rumah selalu mengambang di pikiran.
Karena kegandrungan pada burung ini kadang-kadang mengabaikan kebutuhan-kebutuhan yg lebih penting hanya buat porto pemeliharaan burung, sangkar, kuliner burung, & buat beli burung itu sendiri.
Dalam sebuah budaya warga mutlak memiliki sebuah dosis mengenai keberhasilan dalam hidup yang dicapai oleh seorang.
Dalam masyarakat jawa burung bisa menjadi penanda status sosial. Pria jawa dianggap mempunyai keberhasilan pada hidup jika telah mempunyai lima hal primer dalam hidupnya, yakni tempat tinggal (wisma), istri (perempuan ), kuda (turangga), keris (curiga) & burung peliharaan (kukila).
Kalau dipandang hirarkinya, burung sebagai lambang keindahan ini seharusnya menjadi kebutuhan terakhir setelah kebutuhan yang lebih esensial terpenuhi. Seperti halnya orang yang mau membangun rumah, bagi golongan yang uangnya pas-pasan, faktor estetika bangunan jelas akan sebagai yg terakhir selesainya faktor fungsi & konstruksi.
Yang penting manfaatnya mampu memenuhi kebutuhan penghuni tempat tinggal misalnya jumlah kamar yang relatif. Dari sisi konstruksinya kondusif & nir rapuh. Perkara cat-nya kurang mengkilat, lantainya keramik kualitas 2, atau desain interior & eksteriornya datar-datar saja ya no persoalan.
Tapi buat urusan burung ini kadang di luar logika. Saya pernah melihat tetangga sahabat yg penghasilannya pas-pas, tetapi masih sempat-sempatnya memelihara banyak burung. Saya sempat berpikir kenapa uang untuk beli burung & biaya pemeliharaan burung itu tidak dipakai untuk hal-hal yang lebih vital. Misalnya buat porto pendidikaan anak,peningkatan gizi keluarga atau ditabung. Kebutuhan pokok saja belum terpenuhi kok ya sudah mikir faktor keindahan ( suara burung).
Related
Menurut saudara termuda aku sih, dia membeli burung bersama harga seratus ribu lebih. Setelah diperlihara beberapa bulan harganya mampu naik 2 kali lipat bahkan lebih. Kata adik aku nilai burung itu masih ada dalam kicauannya. Semakin Indah suara kicauannya, semakin mahal harganya.
Adik aku ini membeli burung seharga tiga ratus ribu. Burung baruini disandingkan beserta burung lama yang sudah jago & ciamik kicauannya. Lambat laun burung baru ini ketularan & akhirnya mampu berkicau, lebih rupawan dari saat pertama kali dibeli. Setelah enam bulan, burung itu ditawar seharga 1,2 juta. Anehnya adik aku ini nir melepaskannya. Nanti saja jikalau butuh duit begitu ucapnya. Sudah kentara jelas laba kok nggak dijual, begitu istilah aku pada hati.
Saya pernah membaca , ternyata berdasarkan keliru seseorang pecinta burung yg tajir. Burung itu bisa memberikanKetenangan batin. Seperti pengakuan Eko Purwanto, Pehobi Burung Asal Serang, Jawa Barat, yg ditulis pada //beritaburung.com/.
Menurutnya setelah mempunyai kesukaan baru memelihara burung, dia justru merasa damai & lebih rileks pada menjalani hayati.
Wah dulu saya paling senang menikmati hiburan malam, istilah lelaki ini.
Dia membelanjakan uang tidak kurang 1 Milyar rupiah untuk memburu burung-burung
menganggarkan dana Rp tiga Juta menjadi budget buat mengikuti kontes-kontes burung yang marak digelar.
Suara burung memang memberikan sensasi tersendiri. Jujur saya bahagia mendengarnya. Seolah kita misalnya berada pada alam bebas, terlepas berdasarkan segala beban ketika bunyi alam (suara burung) itu menyapa kita.
Namun hingga sekarang saya belum bisa menalarkan, kalau hanya buat sekedar hobi, mengapa poly aspek yg dikorbankan.
Kalau bangun tidur hal yg pertama dipikirkannya artinya burung , bagaimana bersama perhatian kepada anak & istri. Nampaknya bagi istri-istri yang suaminya penggemar burung memang harus mampu memakluminya. Untung atau rugi hanya para pecinta burung yg sanggup memaknainya.
0 Response to "Hobi Burung Untung atau Rugi 2019"
Post a Comment