BURUNG BUBUT DAN MITOS PENYEMBUH PATAH TULANG
January 09, 2019
Add Comment
Burung cabut merupakan satu menurut kurang lebih 30 jenis family cuckoo dari genus Centropus. Tapi nir misalnya jenis cuckoo lainnya, bubut tidak bukan burung parasit yang menitipkan telur mereka pada sarang burung lainnya. Walau begitu, telah berabad-abad lamanya burung ini dikenal sebagai penyembuh patah tulang.
Bubut merupakan sebutan pada Indonesia buat Crow pheasant yang dikenal menggunakan nama Coucal (Centropus sp.). Ada beberapa jenis yang cukup dikenal yaitu Bubut besar (C. Sinensis) dan bubut mini (C. Bengalensis). Spesies burung ini beredar di semua daratan Asia mulai menurut India sampai ke China, Nepal dan Indonesia.
Burung cabut bersarang pada dalam tempat yang penuh menggunakan semak belukar yg cukup lebat. Dalam beberapa kebudayaan di Asia, burung cabut dipercaya berkhasiat untuk penyembuhan.
Minyak yang didapatkan menurut anakan burung cabut banyak dimanfaatkan untuk menyembuhkan luka bakar, keseleo, patah tulang, dan sebagainya.
Menurut Madoc (1956): "Ada agama asli yang mengungkapkan bahwa anakan burung bubut bisa dibuat menjadi emulsi yang bisa menyembuhkan segala konflik yang berkaitan menggunakan tulang, termasuk patah tulang. Mereka yang mencari bahan obat ini lalu memperlakukan anak-anak burung itu menggunakan sangat kejam, sebelum merebusnya mereka mencampurkan minyak kelapa buat membuat emulsi,"
Dari sebuah forum mailist dikatakan jua bahwa masyarakat TIonghoa maupun penduduk asli di Borneo acapkali mencari keberadaan sarang burung bubut. Jika ditemukan ada anakan burung di dalamnya, mereka akan mematahkan kaki anak-anak burung itu lalu ditinggalkan selama beberapa hari. Nantinya induk burung tadi akan membawakan herbal buat dilolohkan pada anak-anak mereka yang patah kakinya.
Ajaibnya, pakan yg diberikan itu bisa menyembuhkan pada waktu yang cukup singkat. Pada waktu si pemburu mendatangi sarang dan mengetahui kaki anakan burung itu sudah sembuh, mereka akan membawa sarang serta isinya buat diolah sebagai minyak.
Habitat dan perilaku burung bubut
Burung cabut (Centropus sinensis) mempunyai penampilan misalnya elang tetapi dengan postur yang tidak tegap. Bulu-bulunya sangat halus yg didominasi warna hitam serta sedikit jinggal atau kuning kemerahan pada lebih kurang sayapnya.
Spesies burung ini adalah pemakan serangga, ulat, hemiptera, katak, kadal serta sebagainya. Habitatnya pada tepian hutan terutama di semak-semak belukar yang tinggi serta lebat, hutan mangrove serta beredar sampai ketinggian 1200 meer di atas permukaan bahari.
Bubut akbar memiliki tubuh berukuran panjang 46 cm. Bulu seluruhnya berwarna hitam biru-ungu mengkilap. Sedangkan sayap, mantel serta bulu penutup sayap berwarna coklat berangan. Iris berwarna merah, paruh hitan, kaki hitam. Sering terlihat mencari kuliner pada bagian atas tanah atau pada semak-semak serta tajuk terendah menurut pohon.
Sarang berbentuk bola yang diletakkan pada rerumputan atau semak yg cukup lebat. Telur berwarna putih menggunakan bercak kuning yang berjumlah 3 - 4 buah telur. Musim kawin berlangsung pada bulan Maret, April serta Mei.
Burung bubut dapat ditemukan di daerah Sumatera, Kalimantan, Nias, Mentawai, Jawa serta Bali. Burung ini mempunyai bunyi yg sangat khas sehingga sebagai sebutan buat namanya.
Salam
Bubut merupakan sebutan pada Indonesia buat Crow pheasant yang dikenal menggunakan nama Coucal (Centropus sp.). Ada beberapa jenis yang cukup dikenal yaitu Bubut besar (C. Sinensis) dan bubut mini (C. Bengalensis). Spesies burung ini beredar di semua daratan Asia mulai menurut India sampai ke China, Nepal dan Indonesia.
Burung cabut bersarang pada dalam tempat yang penuh menggunakan semak belukar yg cukup lebat. Dalam beberapa kebudayaan di Asia, burung cabut dipercaya berkhasiat untuk penyembuhan.
Minyak yang didapatkan menurut anakan burung cabut banyak dimanfaatkan untuk menyembuhkan luka bakar, keseleo, patah tulang, dan sebagainya.
Menurut Madoc (1956): "Ada agama asli yang mengungkapkan bahwa anakan burung bubut bisa dibuat menjadi emulsi yang bisa menyembuhkan segala konflik yang berkaitan menggunakan tulang, termasuk patah tulang. Mereka yang mencari bahan obat ini lalu memperlakukan anak-anak burung itu menggunakan sangat kejam, sebelum merebusnya mereka mencampurkan minyak kelapa buat membuat emulsi,"
Dari sebuah forum mailist dikatakan jua bahwa masyarakat TIonghoa maupun penduduk asli di Borneo acapkali mencari keberadaan sarang burung bubut. Jika ditemukan ada anakan burung di dalamnya, mereka akan mematahkan kaki anak-anak burung itu lalu ditinggalkan selama beberapa hari. Nantinya induk burung tadi akan membawakan herbal buat dilolohkan pada anak-anak mereka yang patah kakinya.
Ajaibnya, pakan yg diberikan itu bisa menyembuhkan pada waktu yang cukup singkat. Pada waktu si pemburu mendatangi sarang dan mengetahui kaki anakan burung itu sudah sembuh, mereka akan membawa sarang serta isinya buat diolah sebagai minyak.
Habitat dan perilaku burung bubut
Burung cabut (Centropus sinensis) mempunyai penampilan misalnya elang tetapi dengan postur yang tidak tegap. Bulu-bulunya sangat halus yg didominasi warna hitam serta sedikit jinggal atau kuning kemerahan pada lebih kurang sayapnya.
Spesies burung ini adalah pemakan serangga, ulat, hemiptera, katak, kadal serta sebagainya. Habitatnya pada tepian hutan terutama di semak-semak belukar yang tinggi serta lebat, hutan mangrove serta beredar sampai ketinggian 1200 meer di atas permukaan bahari.
Bubut akbar memiliki tubuh berukuran panjang 46 cm. Bulu seluruhnya berwarna hitam biru-ungu mengkilap. Sedangkan sayap, mantel serta bulu penutup sayap berwarna coklat berangan. Iris berwarna merah, paruh hitan, kaki hitam. Sering terlihat mencari kuliner pada bagian atas tanah atau pada semak-semak serta tajuk terendah menurut pohon.
Sarang berbentuk bola yang diletakkan pada rerumputan atau semak yg cukup lebat. Telur berwarna putih menggunakan bercak kuning yang berjumlah 3 - 4 buah telur. Musim kawin berlangsung pada bulan Maret, April serta Mei.
Burung bubut dapat ditemukan di daerah Sumatera, Kalimantan, Nias, Mentawai, Jawa serta Bali. Burung ini mempunyai bunyi yg sangat khas sehingga sebagai sebutan buat namanya.
Salam
0 Response to "BURUNG BUBUT DAN MITOS PENYEMBUH PATAH TULANG"
Post a Comment