Burung Garuda tuhan atau Elang Jawa 2019

Burung Garuda, tuhan atau Elang Jawa

Image source: //cdn0-a.production.liputan6.static6.com/medias/890077/big-portrait/092860500_1433137341-elang_2_pinterest.jpg

Burung Garuda, tuhan atau Elang Jawa
Garuda Pancasila ditetapkan sebagai lambang negara Indonesia sejak 1950. Sebagai lambang negara, Burung Garuda digambarkan sedang menoleh ke sebelah kanan (berdasarkan sudut pandang Garuda) & ke dua kakinya mencengkeram pita bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika.
Meski telah diakui sebagai lambang negara, perdebatan soal Burung Garuda tak jarang masih kerap ada. Apakah Burung Garuda itu hanya mitos atau memang benar masih ada di alam liar?
Bika ditilik menurut sejarah, warga nusantara sudah sejak lama mengenal sosok Burung Garuda. Bahkan jauh sebelum negara Indonesia berdiri, warganya sudah mengenal Garuda lewat cerita pewayangan.
Dalam agama Hindu & Buddha, Garuda artinya galat satu dewa. Burung perkasa ini merupakan tunggangan Dewa Wisnu (galat satu Trimurti atau manifestasi bentuk Tuhan pada kepercayaan Hindu). Garuda digambarkan bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah. Paruh & sayapnya mirip elang, akan tetapi tubuhnya mirip insan. Ukurannya akbar sampai sanggup menghalangi mentari . Kisah oleh Garuda tertulis dalam buku Mahabharata & Purana yang berasal dari India.
Dalam mitologi Hindu, Garuda merupakan raja burung yg dari menurut keturunan Kasyapa & Winata, keliru seorang putri Daka. Garuda ialah musuh bebuyutan para ular.
Lahirnya Garuda menjadi lambang negara dimulai semenjak 10 Januari 1950 saat dibentuk Panitia Teknis menggunakan nama Panitia Lencana Negara. Panitia teknis ini dikoordinatori oleh Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis Muhammad Yamin sebagai kepala, Ki Hajar Dewantoro, M A Pellaupessy, Moh Natsir, & RM Ng Poerbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih & diajukan pada pemerintah.
Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku 'Bung Hatta Menjawab' buat melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tadi Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih 2 rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II & karya M Yamin. Pada proses selanjutnya yg diterima pemerintah & DPR artinya rancangan Sultan Hamid II. Karya M Yamin ditolak lantaran menyertakan sinar-sinar mentari yg dipercaya menampakkan pengaruh Jepang.
Garuda berdasarkan masa ke masa wikipedia.com
Setelah rancangan terpilih, obrolan intensif antara Sultan Hamid II, Presiden RIS Soekarno & Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan buat keperluan penyempurnaan rancangan itu. Mereka bertiga setuju mengganti pita yg dicengkeram Garuda, yg semula ialah pita merah putih sebagai pita putih dengan menambahkan slogan 'Bhinneka Tunggal Ika'.tanggal 8 Februari 1950, rancangan lambang negara yg dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan pada Presiden Soekarno. Rancangan lambang negara tadi mendapat masukan menurut Partai Masyumi buat dipertimbangkan pergi, karena adanya keberatan terhadap gambar burung Garuda menggunakan tangan & bahu insan yang memegang perisai & dipercaya terlalu bersifat mitologis.
Sultan Hamid II kemudian pergi mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan sinkron aspirasi yg berkembang, sebagai akibatnya tercipta bentuk Rajawali-Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tadi kepada Kabinet RIS melalui Moh Hatta menjadi perdana menteri. AG Pringgodigdo pada bukunya 'Sekitar Pancasila' terbitan Dep Hankam, Pusat Sejarah ABRI menjelaskan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS pada lepas 11 Februari 1950.
Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih gundul & tidak berjambul seperti bentuk sekarang ini. Presiden Soekarno lalu memperkenalkan buat pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum pada Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950.
Soekarno terus memperbaiki bentuk Garuda Pancasila. Pada tanggal 20 Maret 1950 Soekarno memerintahkan pelukis istana, Dullah, melukis pulang rancangan tadi; setelah sebelumnya diperbaiki antara lain penambahan jambul dalam ketua Garuda Pancasila, serta mengubah posisi cakar kaki yang mencengkeram pita berdasarkan semula di belakang pita menjadi di depan pita, atas masukan Presiden Soekarno. Dipercaya bahwa alasan Soekarno menambahkan jambul karena kepala Garuda gundul dianggap terlalu mirip menggunakan Bald Eagle, lambang Amerika Serikat. Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala berukuran & rapikan rona gambar lambang negara. Rancangan Garuda Pancasila terakhir ini dibuatkan patung akbar dari bahan perunggu berlapis emas yg disimpan pada Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional menjadi acuan, ditetapkan menjadi lambang negara Republik Indonesia, & desainnya nir berubah hingga sekarang.
Namun di alam liar adakah Burung Garuda itu?
Menurut Ketua Perkumpulan Raptor Indonesia, Zaini Rakhman, pemerintah secara tidak eksklusif sudah mengakui bahwa Garuda itu ialah Burung Elang Jawa (Nisaetus bartelsi). Hal ini tertuang dalam Keppres Nomor 4 Tahun 1993 tantang Satwa & Bung Nasional. Dalam Keppres yg diterbitkan Presiden Soeharto itu, Elang Jawa mengkategorikan sebagai satwa langka.
Elang Jawa2019 Merdeka.com
"Bika mengacu dalam pada Keppres No 4 Tahun 1993, Elang Jawa dijadikan Satwa Nasional. Alasannya pertama Elang Jawa itu mirip dengan Garuda & yg ke 2 memang langka (saat itu)," ujar Zaini Rakhman kepada merdeka.com, Rabu (8/3).
Hal senada juga diungkapkan sang Ketua Yayasan Konservasi Elang Indonesia, Gunawan. Menurut Gunawan, andai kata merujuk dalam aturan di Keppres tadi, Elang Jawa memang mempunyai kemiripan menggunakan burung Garuda. Kemiripan ini contohnya dalam jambul, & warna bulu yang keemasan waktu Elang Jawa masih belia.
"Kalau masih muda rona bulunya memang keemasan, semakin menua makin cokelat warnanya," ujar Gunawan.
Dengan adanya Keppres tadi Kementerian Kehutanan pun memiliki rencana & taktik buat semakin tinggi populasi Elang Jawa di alam liar. Tetapi sayangnya, semakin dilindungi, asa warga buat mengoleksi burung yang sekarang statusnya terancam punah itu meningkat.

Related

Data yg dimiliki Perkumpulan Raptor Indonesia, sensus tahun2019-2015, jumlah Elang Jawa pada alam liar masih ada 423 pasang. Tahun 2010, jumlahnya berkurang sebagai 325 pasang. Dan sensus terakhir2019 yg sampai sekarang datanya belum lengkap, diperkirakan elang jawa pada alam liar tinggal 300 pasang.
"Yang membangun jumlahnya semakin menurun tentu luasan tempat asli mereka yg terus berkurang pada pulau Jawa. Dulu banyak hutan sekarang sudah ditebang dijadikan perumahan seluruh, ke dua merupakan maraknya perburuan & perdagangan liar burung ini," ujar Zaini.
Yayasan Konservasi Elang Indonesia pernah melakukan penelitian soal penjualan burung elang tahun2019 lalu. Di tahun itu, tidak kurang 2471 burung elang diperdagangkan. Dari nomor itu, 127 di antaranya merupakan Elang Jawa.
"Sekarang dengan perkembangan teknologi jual beli itu dilakukan di media generik menggunakan memanfaatkan grup-gerombolan . Di tahun2019 kemudian, kita temukan 127 Elang Jawa diperjualbelikan secara bebas di 38 kelompok Facebook," ujar Gunawan.
Lokasi suaka elang di TNHS2019 Merdeka.com/hery h winarno
Meningkatnya perburuan & perdagangan satwa langka ini telah barang tentu mengancam kelestarian Elang Jawa. Tidak peduli elang jawa itu merupakan ide lambang negara atau nir, akan tetapi pelestarian burung yang hanya ditemukan pada pulau jawa itu perlu tingkatkan. Sayangnya penegakan anggaran bagi mereka yang mempunyai atau memperjualbelikan secara nir legal belum maksimal . Hal ini yang menciptakan perdagangan elang jawa & elang-elang lainnya hingga sekarang masih marak.
"Padahal aturan pada UU Nomor lima tahun 1990 itu tegas, pidana penjara maksimal lima tahun atau sanksi Rp 100 juta. Kenyataannya tidak pernah terlaksana dengan baik & perburuan & penjualan masih saja marak," tutup Zaini.
[hhw]

Related Posts

0 Response to "Burung Garuda tuhan atau Elang Jawa 2019"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel