Dilema Memelihara Burung dalam Sangkar 2019

Related

Dilema Memelihara Burung pada Sangkar

Image source: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmwuMi2iHcLu-09s9sKXUV1OO8o9Zi9wqIRnYVsaA8I_-F8nrPhg9m9oH66SgSPOBKB8CFhCtyqQOk6wwDOClMEIiT4N_P5FOuionmIxBv6PYas3PI0niI1JarRr6YjhyphenhyphenREIAldU9RSsOA/s1600/blunivo646.jpg

Dilema Memelihara Burung pada Sangkar
Tradisi memelihara satwa telah menjadi norma manusia semenjak dahulu, mulai dari kegiatan berburu sampai domestifikasi satwa tertentu dari hidupan liar. Salah satu satwa yg dijadikan satwa peliharaan terbanyak adalah burung. Bagi warga Indonesia, burung termasuk hewan yg paling digemari buat dipelihara. Buktinya, hampir kepada setiap kota masih masih ada pasar burung yang selalu ramai didatangi pembeli, misalnya saja pasar burung pada Bogor serta pasar burung Pramuka kepada Jakarta. Memelihara burung kepada dalam sangkar mempunyai sejarah yg sudah berlangsung nisbi lama , misalnya pada tradisi suku Jawa yang memercayai bahwa kekuatan jiwa seseorang lelaki tergantung kepada 5 hal, keliru satunya merupakan menggunakan memiliki burung (kukilo). Sebuah informasi lapangan memberikan bahwa satu menurut 5 tempat tinggal tangga rakyat yang berada kepada wilayah pulau Jawa sempurna memelihara burung (Wresti 2006). Saya juga mempunyai minat dan hobi yg akbar pada global perburungan, akan namun bukan hobi memelihara burung pada sangkar tentunya, akan tetapi sebagai pemerhati burung atau yg lebih dikenal menggunakan tutur birdwatcher. Bersama memakai rekan-rekan saya menurut Kelompok Pemerhati Burung Perenjak, kami selalu melakukan pengamatan burung ke aneka macam lokasi (khususnya wilayah Bogor), termasuk didalamnya menggunakan melakukan informasi lapangan ke pasar burung, contohnya pasar burung Bogor. Pernah suatu ketika kami menggunakan-sama mengunjungi sebuah toko penjualan burung disalah satu lokasi pada Jabodetabek, kami mengalami pengalaman kurang sedap, dimana klub kami diusir sebab si penjual menganggap kami merupakan surveyer perdagangan burung. Dikesempatan berikutnya kami merubah strategi menggunakan berpura-pura menjadi pembeli. Betapa terkejutnya aku , karena kepada waktu aku masuk ke dalam toko itu lebih jauh, aku mendapati beberapa spesies burung dilindungi yg dijual bahkan menggunakan harga yang murah, misalnya Beo nias, Kakatua jambul kuning, Kakatua raja, serta lain-lain. Miris hati melihat estetika burung-burung itu wajib terbentengi menggunakan kandang, bahkan sangkar memakai ukuran yang tidak relevan. Sangat tidak sejahtera ! Ditelaah berdasarkan sisi ekonomi, memelihara burung adalah berasal penghidupan bagi warga . Misalnya, kehadiran banyak sekali macam industri sangkar burung yg maupun adalah industri besar pada Jawa. Jutaan burung dipelihara dalam sangkar menjadi fauna piaraan terutama burung penyanyi misalnya Perkutut, Kucica, Kucica hutan, Beo, beberapa jenis Kutilang dan Jalak. Sementara itu dari sisi hati nurani, kita bisa menempatkan diri kita menjadi si burung yang maupun mempunyai animal right, kita perlu jangan lupa, bukan hanya manusia yang mempunyai hak azazi, satwa juga memilikinya. Banyak yg beranggapan bahwa kepunahan burung disebabkan sang rusaknya daerah berasal asli mereka. Pernyataan tersebut berdasarkan aku tidak sepenuhnya benar sebab akan menghasilkan sebagian orang lupa bahwa terdapat penangkapan serta pemeliharaan burung yang buruk yg sudah dilakukan sebagian besar masyarakat. Seperti survey yang dilakukan Tim Burung Indonesia pada enam kota besar pada Indonesia, diketahui jumlah burung kicauan yang dikurung mendekati dua juta ekor (Widuri pada Burung Indonesia, 2007). Sekitar separuh menurut seluruh burung peliharaan tadi diambil dari alam serta ironisnya masyarakat yg membeli burung impak tangkapan berdasarkan alam eksklusif ini adalah pemelihara burung amatir. Dipandang berdasarkan sisi perlindungan, kegemaran memelihara burung sebenarnya mampu menaruh peluang sebagai pelestarian burung secara ek-situ. Tetapi wujud kegiatannya nir sekedar memelihara burung pada sangkar koleksi saja, melainkan mengembangbiakkan secara maksimal melalui upaya penangkaran. Salah satu contohnya adalah penangkaran Jalak bali (Leucopsar rothschildi) kepada Kebun Binatang San Diego, Amerika Serikat,  menurut tahun1970-an. Indonesia sendiri sudah memasukkan beberapa jenis burung ke pada daftar (Apendiks I serta II) CITES, sebuah perjanjian internasional yg mengatur perdagangan hidupan liar global. Misalnya jenis burung yg masuk ke dalam Appendix 1 CITES contohnya Jalak bali, Bangau bluwok, dan Elang jawa (Soehartono & Mardiastuti 2003). Hal ini mencerminkan betapa pentingnya burung pada global perlindungan. Berbagai macam kontroversi tentang kegiatan memelihara burung ini menyebabkan pertanyaan, upaya pemeliharaan burung yang bagaimana yang baik bagi warga serta maupun bagi aktivitas perlindungan burung pada Indonesia? Jawabannya sangat jelas, yaitu upaya pemeliharaan burung memakai tetap memperhatikan aspek proteksi, memelihara burung menggunakan memberikan perhatian lebih terhadap kelestariannya, didasarkan  kepada pengetahuan, keahlian, serta pengalaman rakyat yg baik pada hal pemeliharaannya. Beberapa berasal bacaan : //www.burung.org/detail_txt.php?Op=newsdanid=51. [29 September 2007] Soehartono T & A Mardiastuti. 2003. Pelaksanaan Konvensi CITES kepada Indonesia. Japan International Cooperation Agency. Wresti MC. 2006. Murai Batu Lambang Monogami. Kompas, 19 Februari 2006.

Related Posts

0 Response to "Dilema Memelihara Burung dalam Sangkar 2019"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel