Kisah Cinta Patih Majapahit dalam Balik Lambang Burung Garuda 2019
July 25, 2019
Add Comment

Image source: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgrNqt26nVZOLY4HwLq47fQ3xAhsmqiWVyR8jjxbyF-lTwKsp-tHh6M686bo_hPd-_YSK2mq6lJL7C9upf7lAzfc9W4ZLnDJoQEhbCRsynh4VkuHVQ-rS6yxLmNARMuY3FKGOitb7iBqlQ/w1200-h630-p-k-no-nu/IMG_0843a.jpg
Liputan6.com, Sintang - Siang itu, langit cerah dan udara cukup panas di Kalimantan Barat, tepatnya pada Sintang. Cuaca tersebut sanggup dirasakan hampir setiap hari di Sintang. Di tengah kabupaten itu, masih ada sebuah Istana Al-Mukarramah Kesultanan Sintang yang berdiri sejak Abad ke-13 Masehi atau sekitar tahun 1262 Masehi.
Ada poly sejarah yg tersimpan di Istana Al-Mukarramah. Salah satunya yg terkait Burung Garuda yg sekarang sebagai lambang negara Republik Indonesia (RI). Lambang negara ini ternyata awalnya merupakan lambang Kesultanan Sintang.
"Jadi ini (lambang Burung Garuda) awalnya merupakan lambang Kesultanan Sintang," celoteh juru kunci Istana Al-Mukarramah Sintang, Thamrin Hasan kepada Liputan6.com di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, Selasa (17/tiga/2015).
Menurut dia, lambang garuda itu dipilih sebagai simbol Kesultanan didasarkan anugerahasal Patih Lohgender dari Kerajaan Majapahit. Ketika itu, pada awal tahun 1400 Masehi, Putri Dara Juanti pergi ke tanah Jawa untuk mencari abangnya, Demong Nutup. Kabarnya sang kakak ditawan pihak Kerajaan Majapahit.
Dijelaskan bahwa Dara Juanti yang menyamar menjadi pria kemudian datang ke Majapahit dan bertemu memakai Patih Lohgender. Putri Sintang itu eksklusif mengatakan permohonannya buat membebaskan abangnya, Deming Nutup. Namun Lohgender mengajukan tes menyeberang sungai buat menampakan Dara Juanti artinya benar adik asal Deming Nutup.
Saat proses ujian pembuktian tersebut, identitas Dara Juanti yg menyamar menjadi laki-laki akhirnya tersingkap. Penutup rambut Dara Juanti terlepas, dan Lohgender yg baru mengetahui Sang Putri pun terkesima memakai kecantikannya.
Sejak itu, Lohgender jatuh cinta dan meminta Dara Juanti sebagai istrinya jikalau ingin kakaknya dibebaskan. Dan Sang Putri pun menyetujui karena dia jua mengasihi Patih Majapahit itu.
Akan akan namun, Dara Juanti mengajukan kondisi kepada Lohgender jika ingin meminangnya, yakni seserahan berupa keris elok berkepala naga, tiang penyangga gong akbar, seperangkat gamelan, serta 40 ketua keluarga dari tanah Jawa. Lohgender pun memenuhinya serta mengungkapkan syarat yang keliru satunya tiang penyangga gong berkepala garuda.
"Kepala garuda itu yang lalu jadi ide Sultan Sintang itu menjadi lambang Kerajaan," beber juru kunci yang sekarang berusia 71 tahun tersebut.
Burung Garuda Tanpa Jambul
Kata Thamrin, lambang Garuda tersebut lalu diajukan Sultan Pontianak Abdul Hamid II ke Presiden Sukarno waktu mencari lambang negara. Sultan Pontianak itu mengaku tertarik memakai lambang Garuda ketika berkunjung ke Kesultanan Sintang.
"Dan Pak Sukarno menyetujui dan mengadopsi lambang Kesultanan Sintang menjadi lambang negara Indonesia," istilah si juru kunci.
Related
Selain itu, jumlah helai bulu pada leher, sayap, dan ekor Garuda disesuaikan. Jumlah helai bulu leher 45 yang merepresentasikan dua digit terakhir tahun kemerdekaan. Ada 17 helai bulu pada setiap sayap, yang berarti lepas kemerdekaan.
Kemudian, 8 helai bulu ekor melambangkan bulan kemerdekaan, yakni Agustus. Dan 19 helai bulu dalam pangkal ekor yang menaruh dua digit pertama tahun kemerdekaan.
"Jadi memang romansa serta pernikahan antara Patih Lohgendor serta Putri Dara Juanti yang sebagai cikal bakal terbentuknya lambang Garuda Indonesia," tandas juru kunci Istana Sintang Thamrin Hasan. (Ado)
0 Response to "Kisah Cinta Patih Majapahit dalam Balik Lambang Burung Garuda 2019"
Post a Comment