Petani kepada Pekalongan pelihara burung hantu buat berantas tikus 2019

Petani kepada Pekalongan

Image source: //www.antarajateng.com/image/2017/01/pub/20170112150848kartu-tani.jpg

Petani pada Pekalongan pelihara burung hantu untuk berantas tikus
Kelompok Petani di Desa Kwasen, Kecamatan Kesesi, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah mengembangkan penangkaran burung hantu Tyto Alba buat memberantas hama tikus yg menyerang padi milik rakyat.
Koordinator Penyuluh Pertanian, Kabupaten Pekalongan, Ruspadi menyampaikan, Desa Kwasen menjadi keliru satu desa di Pekalongan yg duluan mengembangkan penangkaran burung hantu untuk memberantas hama tikus.
"Saat ini sudah muncul 60 ekor burung hantu Tyto Alba yang dimiliki sang grup petani pada Desa Kwasen," celoteh Ruspadi, waktu ditemui dalam acara pendampingan petani padi serta hortikultura oleh Institut Pertanian Bogor yang berhubungan bareng Pemerintah Kabupaten Pekalongan, di Pekalongan, Selasa (15/4), seperti dilansir sumber Antara.
Penangkaran burung hantu Tyto Alba pada desa tadi telah dimulai sejak2019 sang Kepala Desa Sarwo Gangsar yang lebih dahulu belajar asal pertanian pada Demak.
Ruspadi menceritakan, berawal sumber sepasang burung hantu Tyto Alba yang dibawa sang Kepala Desa Kwasen asal Demak ditangkarkan selama 2 bulan buat sebagai pemburu hama tikus pada huma pertanian masyarakat.
Berbekal asal dua pasang burung hantu, jumlah burung pemangsa tikus tadi berkembang dalam waktu 3 bulan dan bertambah jumlahnya.
Untuk mengoptimalkan pemberantasan hama tikus bareng metode burung hantu, Pemerintah Kabupaten Pekalongan melalui Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan membicarakan 20 pasang burung hantu buat tidangkarkan.
Menurut Ruspandi, sebelum penangkaran burung hatu dilakukan sang gerombolan petani pada Desa Kwasen, hama tikus sudah menghasilkan produksi pertanian rakyat menuru, "Hama tikus memang sangat-sangat memproduksi petani kesulitan, mereka mengalami kerugian. Sejak 3 tahun terakhir produksi turun, yg umumnya 6-7 ton per hektar, semenjak muncul hama tikus menjadi 3-4 ton per hektar," ujar Ruspadi.
Sejak penangkaran burung hantu dilakukan, lanjut Ruspadi, gangguan hama tikus mampu dikendalikan. Bahkan syarat sawah rakyat mulai mengalami peningkatan produksi meski hanya baru 30 persen.
"Karena ketika ini jumlah burung hantu belum seimbang bersama jumlah tikus yang menyerang sawah masyarakat," ujar Ruspadi, sembari menambahkan selain mendapatkan bantuan burung hantu, petani di Desa Kwasen pula menerima bantuan loka karantina tetap bagi satwa yg aktif malam hari tadi.
Untuk melindungi eksistensi burung hantu tersebut sumber penangkapan serta penjualan ilegal, Kepala Desa Kwasen sudah mengeluarkan Peraturan Kades Nomor 2 Tahun2019 yg melarang mengambil, mengganggu pula membunuh burung tersebut.
"Bagi yang melanggar anggaran tersebut akan berurusan bareng aturan, karena eksistensi burung hantu ini dilindungi sang pemerintah, ini pula tertuang dalam UU RI Nomor lima Tahun 1990 dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999, ancaman eksekusi kurung dan hukuman," ujar Ruspadi.
Ruspadi menyampaikan, Desa Kwasen menjadi percontohan buat pengembangan penangkaran burung hantu sebagai pemberantas hama tikus. Untuk selanjutnya, apabila populasi burung hantu di daerah tadi bertambah jumlahnya akan disebar ke daerah lain yg sebagai sentra pertanian pada Kabupaten Pekalongan.
"Burung hantu yg sudah dikembangkan ini nantinya akan disebarkan keempat desa lainnya pada tempat Kecamatan Kesesi yakni Desa Karya Murti, Langan Sari, Sisosari, serta Jangang," ujar Ruspandi.
Dalam memberantas hama tikus, burung hantu Tyto Alba ditaruh di hamparan sawah bareng menggunakan Rubuhan (Rumah Burung Hantu) yg sebagai loka tinggal pasangan burung tadi.
Rubuhan tadi ditaruh pada atas tiang kayu juga bambu dengan tinggi kurang lebih 2 hingga tiga meter kemudian ditaruh pada tengah hamparan sawah.
Keberadaan Rubuhan di tengah hamparan sawah menjadi pemandangan menarik tersendiri pada tempat Desa Kwasen.
Ketua Kelompok Petani Bangkit, Nasrullah mengaku penggunaan burung hantu sebagai pemberantas hama tikus sangat efektif. Selain menaikkan produksi pertanian, penangkaran burung tersebut jua tidak sulit.
"Lantaran populasi burung mampu dikontrol, selama mangsanya masih poly ditemukan, burung ini bisa bereproduksi homogen-homogen sekali bereproduksi memproduksi dua anak. Tetapi apabila jumlah mangsanya berkurang maka burung tersebut tidak akan bertambah populasinya, karena kondisinya tergantung dalam jumlah pakannya," ujar Nasrullah.
Sementara itu, staf klinik tanaman Departemen Hama serta Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB, Bonjok Istiaji berkata, pemberantasan hama tikus bareng Tyto Alba relatif efektif.
"Namun akan lebih efektif bila petani menerapkan pola bercocok tanam secara kompak. Memulai menanam secara serentak sebagai akibatnya, perlindungan lebih efektif, karena bisa mencegah awal tikus masuk ke sawah. Bisa juga bersama menggunakan plastik seperti pada Kerawang lalu dibuat perangkap. Namun ini harus hati-hati juga, kalau tikus sudah masuk ke dalam, justru padi rusak serta habis," ujar Bonjok. [hhw]

0 Response to "Petani kepada Pekalongan pelihara burung hantu buat berantas tikus 2019"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel