Seekor Burung Pipit Merusak Kebahagiaan Keluarga 2019
July 25, 2019
Add Comment

Image source: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrVaPxMGk5QZ_CYT2gKDsaZKeLEeaYYv2YAKTk5D6iju0PHyESG_jtgt0mvZebs7MOGrXHAZaWo79jcqiwQZYrubJgA3zifdHORAr6zrhq7bRtqArajeKeZCaBht2JWquTVHs2Sin1dXQ/s1600/Sahabat+Sejati.jpg
[caption caption="ilustrasi : www.hulkdwallpapers.com"][/caption] Dalam kehidupan berumah tangga, pertarungan lebih banyak dipicu oleh hal-hal yg mungil dan sederhana. Bukan terkait memakai hal-hal yg bercorak ideologis, akan namun justru didominasi sang hal-hal praktis dan teknis. Salah satu pemicu pertarungan suami istri ialah tingginya ego pada ke 2 belah pihak. Masing-masing berusaha memenangkan egonya dan mengalahkan pasangannya.
Seakan-akan merasa belum puas bila pasangannya belum dikalahkan dan belum bertekuk lutut kepadanya. Dengan ego yang sangat tinggi seperti ini, maka segala sesuatu sanggup berubah menjadi pertengkaran dan konflik. Hal-hal yg bila dipikir secara mendalam serta dewasa tidak akan mengakibatkan perkara, mampu meledak sebagai pertengkaran yang hebat, lantaran seluruh pihak selalu ingin memenangkan egonya.
Kisah si Burung Pipit
Pada suatu hari, seorang suami menangkap burung pipit mungil, dan membawanya pulang ke tempat tinggal. Sesampai di loka tinggal, dimasukkan burung pipit itu ke pada kandang. Dengan bangga dia menunjukkan burung pipit itu kepada sang istri.
"Lihat, betapa cantik burung pipit jantan ini", ujar suami.
"Iya memang indah. Tapi ini burung pipit betina", jawab istri.
"Tidak. Ini jantan !" sang suami nir mau mengalah.
"Betina!" sang istri pun bertahan.
"Lihat yang betul. Burung ini jelas-terperinci jantan", ujar suami.
"Kamu yang galat lihat. Ini terperinci burung betina", sergah oleh istri.
Pertengkaran pun terjadi menggunakan sengit. Kedua belah pihak tidak masih ada yg mau mengalah. Hanya duduk perkara jantan atau betina, mereka tidak terdapat yg mau mengalah. Padahal, andai saja burung pipit itu jantan atau betina, nir akan berpengaruh apapun pada kehidupan tempat tinggal tangga mereka.
Pertengkaran kian meruncing. Malam itu mereka berdua tidur dalam situasi hati yg panas.
Hari berganti, bulan berlalu... Setiap kali bicara burung pipit mungil itu mereka selalu bertengkar. Hingga akhirnya sang suami melepas burung itu terbang bebas, lantaran dipercaya membawa pertengkaran dalam famili. Sejak peristiwa itu, mereka sudah nir lagi bertengkar soal burung pipit.
Tiga tahun berlalu telah.....
Pada suatu malam sang suami teringat burung pipit mungil itu. Ia merasa geli memakai kejadian yang pernah mereka lalui beserta burung pipit. Sambil tertawa, beliau bertanya kepada sang istri.
"Engkau ingat pertengkaran ndeso kita mengenai burung pipit dulu itu?"
"Ya aku masih ingat. Aku bahkan berpikir hendak minta cerai waktu itu. Tapi syukurlah engkau segera melepas burung pipit betina itu.....", jawab oleh istri.
"Hah... ? Burung pipit betina? Tidak! Ia jantan!" teriak sang suami.
"Tidak sanggup. Burung pipit itu terang-terang betina", balas sang istri.
"Tidak. Itu pasti jantan", sergah sang suami.
Malam itu mereka kembali bertengkar hebat tentang burung pipit, selesainya 3 tahun yg lalu dilepas berdasarkan sangkarnya.
Menundukkan Ego
Ya, begitulah. Bika ego diperturutkan, apapun mampu sebagai bahan pertengkaran. Hal-hal yang tidak bermutu, tidak berkelas, nir bertema, seluruh mampu sebagai bahan buat dipertengkarkan. Lantaran problem utamanya artinya ketidaksanggupan menundukkan ego.
Maka sangat penting bagi suami serta istri buat selalu belajar menundukkan ego. Memang ini terasa sangat sulit dilakukan, karena justru ego menghendaki dirinya selalu menang, selalu bisa mengalahkan pasangannya. Maka upaya menundukkan ego itu sangat bertentangan menggunakan sifat ego itu sendiri.
Namun hendaknya suami dan istri menyadari sepenuhnya, bahwa yang mampu menciptakan suasana kebahagiaan pada famili bukanlah menuruti ego. Yang harus mereka utamakan merupakan mewujudkan suasana yang menyenangkan bagi seluruh pihak. Bukan menyenangkan serta memenangkan diri sendiri. Ini bedanya antara orang yang sudah menikah memakai yang belum menikah.
Bagi orang yang sudah menikah, beliau wajib selalu menenggang perasaan pasangan. Selalu berusaha membahagiakan pasangan. Selalu berusaha menghormati serta menghargai pasangan. Bukan menuntut buat dihormati dan dihargai sang pasangan. Namun ke 2 belah pihak wajib mengutamakan melakukan yg terbaik buat pasangan.
Bukan soal burung pipit jantan atau betina, akan namun soal ketidaksanggupan menundukkan ego itulah yg menjadi pokok duduk perkara.
Mertosanan Kulon, 5 Agustus2019
Bahan Bacaan
Abu Hudzaifah Ath Thalibi. 30 Inspirasi Keluarga Harmonis, Penerbit Zamzam, Solo, 2011
0 Response to "Seekor Burung Pipit Merusak Kebahagiaan Keluarga 2019"
Post a Comment