BUDIDAYA ULAT SUTERA
January 09, 2019
Add Comment
Budidaya Ulat Sutera
Potensi kebutuhan kokon sutera sebagai materi standar pembuatan benang sutera sangat tinggi, hal ini terbukti berdasarkan penggunaan benang sutera pada industri tenun di Indonesia masih tergantung import menurut China. Sebenarnya budidaya ulat sutera pada Indonesia telah usang dikenal, sayangnya kurang diminati.
Budidaya ulat sutera dimaksudkan untuk membuat benang sutera sebagai materi baku pertekstilan (kain sutera). Untuk melakukan pemeliharaan ulat sutera, terlebih dahulu dilakukan penanaman murbei, yg adalah satu-satunya makanan (pakan) ulat sutera, Bombyx mori L.
Berikut ini petunjuk mudah budidaya ulat sutera yg kami kutip menurut Departemen Kehutanan.
1. PERSIAPAN PEMELIHARAAN ULAT SUTERA
Sebelum kegiatan pemeliharaan ulat sutera dimulai, beberapa hal yg perlu diperhatikan menyerupai : tersedianya daun murbei menjadi pakan ulat sutera, ruang serta alat-alat pemeliharaan serta pemesanan bibit/telur ulat sutera.
a. Penyediaan Daun Murbei :
- Daun murbei buat ulat mini berumur pangkas $ 1 bulan dan buat ulat besar berumur potong dua-tiga bulan;
- Tanaman murbei yg gres ditanam, mampu dipanen sehabis berumur 9 bulan;
- Untuk pemeliharaan 1 boks ulat sutera, diperlukan 400-500 kg daun murbei tanpa cabang atau 1.000 – 1.200 kg daun murbei dengan cabang;
- Daun murbei jenis unggul yg baik buat ulat sutera adalah : Morus alba, M. Multicaulis, M. Cathayana serta BNK-3 serta beberapa jenis lain yg sedang dalam pengujian oleh Balai Persuteraan Alam Sulawesi Selatan.
b. Ruangan Peralatan.
- Tempat pemeliharaan ulat mini usahakan dipisahkan menurut kawasan pemeliharaan ulat akbar;
- Pemeliharaan ulat kecil dilaksanakan pada daerah khusus atau dalam Unit Pemeliharaan Ulat Kecil (UPUK);
- Ruang pemeliharaan harus mempunyai ventilasai serta jendela yg relatif:
- Bahan-bahan serta peralatan yg perlu disiapkan ialah : Kapur tembok, kaporit/papsol, kotak/rak pemeliharaan, tempat daun, gunting stek, pisau, ember/baskom, jaring ulat, ayakan, kain epilog daun, hulu ayam, kerta alas, kerta minyak/parafin, lap tangan dan lain-lain;
- Desinfeksi ruangan serta peralatan, dilakukan 2-tiga hari sebelum pemeliharaan ulat sutera dimulai, memakai larutan kaporit 0,lima% atau formalin (dua-3%), disemprotkan secara merata;
- Apabila kawasan pemeliharaan ulat kecil berupa UPUK yang berlantai semen, maka sehabis didesinfeksi dilakukan pencucian.
c. Pesanan Bibit.
- Pesanan bibit diadaptasi dengan jumlah daun yg tersedia dan kapasitas ruangan dan peralatan pemeliharaan;
- Bibit dipesan selambat-lambatnya 10 hari sebelum pemeliharaan ulat dimulai melalui petugas / penyuluh atau eksklusif kepada penghasil telur;
- Apabila bibit/telur sudah diterima, lakukan penanganan telur (inkubasi) secara baik semoga penetasannya seragam.
Caranya artinya menjadi berikut :
- Sebarkan telur dalam kotak penetasan serta tutup menggunakan kertas putih yang tipis;
- Simpan dalam tempat sejuk dan terhindari berdasarkan penyinaran surya pribadi, pada suhu ruangan 25° -28° C menggunakan kelembaban 75-85%;
- Setelah terlihat bintik biru pada telur, kemasan menggunakan kain hitam selama dua hari
2. PELAKSANAAN PEMELIHARAAN ULAT SUTERA
Kegiatan pemeliharaan ulat sutera meliputi pemeliharaan ulat kecil, pemeliharaan ulat akbar dan mengokonkan ulat.
A. Pemeliharaan Ulat Kecil
Pemeliharaan ulat mini didahului dengan aktivitas “Hakitate” yaitu pekerjaan penanganan ulat yg gres menetas disertai menggunakan derma makan pertama.
- Ulat yang gres menetas didesinfeksi menggunakan bubuk campuran kapur serta kaporit (95:lima), kemudian diberi daun murbei yang belia dan segar yang dipotong kecil-mini ;
- Pindahkan ulat ke sasag kemudian ditutup menggunakan kertas minyak atau parafin;
- Pemberian kuliner dilakukan 3 kali sehari yakni pada pagi, siang, dan sore hari;
- Pada setiap instar ulat akan mengalami masa istirahat (tidur) dan pergantian kulit. Jika sebagian akbar ulat tidur ($ 90%), derma makan nir boleh dan ditaburi kapur. Pada saat ulat tidur, ventilasi/ventilasi dibuka semoga udara mengalir;
- Pada setiap final instar dilakukan penjarangan serta daya tampung tempat disesuaikan dengan perkembangan ulat;
- Pembersihan kawasan ulat dan pencegahan hama serta penyakit wajib dilakukan secara teratur.
Pelaksanaanya sebagai berikut :
- Pada instar I dan II, pembersihan dilakukan masing-masing 1 kali. Selama instar III dilakukan 1-dua kali yaitu sesudah derma makan kedua serta menjelang tidur;
- Penempatan rak/sasag semoga nir inheren dalam dinding ruangan serta pada kaki rak dipasang kaleng berisi air, buat mencegah gangguan semut;
- Apabila lantai nir ditembok, taburi kapur secara merata semoga nir lembab;
- Desinfeksi badan ulat dilaksanakan sesudah ulat berdiri tidur, sebelum derma makan pertama.
Penyalur ulat kecil dari UPUK ke kawasan pemeliharaan petani / rongga di bawah rumah tempat tinggal atau Unit Pemeliharaan Ular Besar (UPUB), dilakukan waktu sedang tidur pada instar III. Perlakuan dalam waktu penyaluran ulat sebagai berikut :
- Ulat dibungkus menggunakan menggulung kertas alas;
- Kedua sisi kertas diikat serta diletakkan dalam posisi berdiri semoga ulat nir tertekan;
- penyaluran ulat usahakan dilaksanakan pada pagi atau sore hari.
B. Pemeliharaan Ulat Besar.
Kondisi serta perlakuan terhadap ulat akbar tidak sinkron menggunakan ulat mini . Ulat besar memerlukan kondisi ruangan yg sejuk. Suhu ruangan yg baik yaitu 24-26° C dengan kelembapan 70-75%.
Beberapa hal yg perlu diperhatikan pada pemeliharaan ulat besar ialah sebagai berikut :
- Ulat besar memerlukan ruangan/loka pemeliharaan yg lebih luas dibandingkan menggunakan ulat mini ;
- Daun yg dipersiapkan buat ulat akbar, disimpan dalam tempat yang bersih serta sejuk serta ditutup menggunakan kain basah;
- Daun murbei yg diberikan dalam ulat akbar nir lagi dipotong-pangkas melainkan secara utuh (bersama cabangnya).
- Penempatan pakan diselang-selingi secara teratur antara kepingan ujung serta pangkalnya;
- Pemberian kuliner dalam ulat akbar (instar IV dan V) dilakukan tiga-4 kali sehari yaitu pada pagi, siang, sore serta malam hari;
- Menjelang ulat tidur, derma makan dikurangi atau tidak boleh. Pada ketika ulat tidur ditaburi kapur secara merata;
- Desinfeksi badan ulat dilakukan setiap pagi sebelum derma makan dengan menggunakan adonan kapur dan kaporit (90:10) ditaburi secara merata;
- Pada instar IV, pembersihan daerah pemeliharaan dilakukan minimal 3 kali, yaitu pada hari ke-2 dan ke-3 dan menjelang ulat tidur;
- Pada instar V, pembersihan tempat dilakukan setiap hari;
- Seperti dalam ulat mini , rak/sasag ditempatkan tidak inheren dalam dinding ruangan serta dalam kaki rak dipasang kaleng yang berisi air.
1,5
0,4 m2 Awal 80-90% 1,6 m2 Akhir II 26-28° C 3 – 4 3,5
1,6 m2 Awal 80-90% tiga,2 m2 Akhir III 26° C 2 – 3 15
tiga,5 m2 Awal 80persen
lima m2 Akhir IV 24-26° C 4 – 5 40-50 lima m2 Awal 70-75% 14 m2 Akhir V 24-26° C 6 – 7 350-400 15-18 m2 Awal 70-75% - Apabila lantai ruangan pemeliharaan nir berlantai semen semoga ditaburi kapur buat menghindari kelembaban tinggi.
C. Mengokonkan Ulat.
Pada instar V hari ke-6 atau ke-7 ulat biasanya akan mulai mengokon. Pada suhu rendah ulat akan lebih lambat mengokon. Tanda-pertanda ulat yang akan mengokon merupakan sebagai berikut :
- Nafsu makan berkurang atau berhenti makan sama sekali;
- tubuh ulat sebagai bening kekuning-kuningan (transparan);
- Ulat cenderung berjalan ke pinggir;
- Dari ekspresi ulat keluar serat sutera.
Jika gejala tersebut telah terlihat, maka perlu pada ambil tindakan sebagai berikut :
- Kumpulkan ulat dan masukkan ke pada alat pengokonan yg sudah disiapkan menggunakan cara menaburkan secara merata.
- Alat pengokonan yg baik digunakan adalah : rotari. Seri frame, pengokonan bambu dan mukade (terbuat dari daun kelapaatau jerami yang dipuntir membangun sikat tabung).
tiga. PANEN DAN PENANGANAN KOKON.
Panen dilakukan pada hari ke-5 atau ke-6 sejak ulat mulai membangun kokon. Sebelum panen, ulat yang tidak mengokon atau yang mati diambil lalu dibuang atau dibakar.
Selanjutnya dilakukan penanganan kokon yg mencakup aktivitas menjadi berikut :
- Pembersihan kokon, yaitu menghilangkan kotoran serta serat-serat dalam lapisan luar kokon;
- Seleksi kokon, yaitu pemisahan kokon yg baik dan kokon yg cacat/buruk;
- Pengeringan kokon, yaitu penanganan terhadap kokon buat mematikan pupa serta mengurangi kadar air serta semoga mampu disimpan dalam jangka waktu eksklusif;
- Penyimpanan kokon, dilakukan apabila kokon tidak langsung dipintal/dijual atau menunggu proses pemintalan.
Cara penyimpanan kokon adalah sebagai berikut :
- Dimasukkan ke pada kotak karton, kantong kain/kerta;
- Ditempatkan pada ruangan yang kemarau atau nir lembab;
- Selama penyimpanan, sekali-sekali dijemur ulang pada sinar mentari ;
- Lama penyimpanan kokon tergantung dalam cara pengeringan, taraf kekeringan serta kawasan penyimpanan.
0 Response to "BUDIDAYA ULAT SUTERA"
Post a Comment