MENJEBAK BURUNG DARI MASA KE MASA
January 09, 2019
Add Comment
Aktivitas menjebak burung sebenarnya bukan hanya dilakukan pada Indonesia saja, melainkan telah dilakukan di hampir seluruh negara yg terdapat di dunia menggunakan metode yang tidak selaras sesuai kebiasaan / kultur dan juga budaya pada negara tadi. Berikut merupakan ulasan mengenai menjebak burung dari masa ke masa.
Menjebak burung telah dilakukan sejak beberapa abad silam dan banyak dipakai buat aneka macam kepentingan, misalnya bertahan hayati dengan berakibat burung/unggas menjadi kuliner, penelitian dan konservasi buat pemuliaan burung yang dipercaya langka sebagai akibatnya dikhawatirkan terjadi kepunahan bila nir segera dibiakkan, sedangkan yang umum ditemukan di loka kita merupakan menjebak burung buat tujuan dipelihara atau dijual di pasar-pasar burung.
Walaupun peraturan mengejai menangkan burung memakai perangkap dan kandang jebakan masih belum diatur sang Undang-Undang atau Peraturan Daerah namun di beberapa negara terdapat aturan dan peraturan tertentu yang membatasi dan melarang penggunaan perangkap maupun kandang jebakan buat menangkap burung-burung liar. Tujuannya tentu saja untuk melindungi populasi burung dari KEPUNAHAN.
Perangkap burung berdasarkan sederhana sampai otomatis
Hampir seluruh perangkap yang dbuat menggunakan makanan, air atau serangga menjadi umpan buat menarik perhatian burung yang berada dalam jangkauan serta dilengkapi pula dengan prosedur yang bisa membatasi gerakan mereka, bahkan sanggup melukai atau membunuh burung yg berada dalam jangkauan.
Penggunaan kuliner serta umpan ini pula kadang disertai dengan pemutaran bunyi panggilan baik dari kaset ataupun berdasarkan burung itu sendiri yg digunakan sebagai umpan yang berada pada dekat atau pada perangkap burung tadi.
Mekanisme yang dipakai pada perangkap itu sendiri beragam, terdapat yang bekerja menggunakan menahan gerakan misalnya mengikat kaki menggunakan jerat atau membatasi gerakan misalnya dalam sebuah sangkar jebakan.
Untuk mengantisipasi penyalahgunaan kandang jebakan ataupun perangkap tersebut, beberapa negara sudah membatasi penggunaannya dengan dibuatkan peraturan spesifik yg tujuannya melindungi burung asli juga burung dilindungi.
Untuk mengetahui jenis - jenis perangkap burung yang sudah dipakai sejak berabad-abad lampau, berikut agrobur hidangkan edisi lengkap jenis-jenis perangkap burung yang banyak digunakan di mancanegara, buat menambah pengetahuan beserta.
1. Perangkap Clap/Pegas ( Clap traps / Bow nets)
Perangkap clap adalah perangkap dengan rangka pegas yang menggunakan kelambu yang dibuat dalam 2 bagian yg akan saling menutup menggunakan cepat begitu burung menginjak pemicunya atau ada juga perangkap contoh ini yg bisa dikendalikan menurut jarak jauh secara manual. Penggunaan perangkap model ini relatif populer di beberapa negara di Asia misalnya Jepang, Malaysia, Singapura, serta Thailand , lantaran poly dipakai buat menangkap burung sejenis tekukur, derkuku, puter, punai ataupun perkutut.
Dalam perkembangannya model perangkap ini lalu di kombinasikan dengan ruangan buat menyimpan umpan atau burung pemancing, sehingga kegunaannya pun bukan hanya buat menangkap burung yg berada pada atas tanah saja melainkan sudah meluas sampai sanggup menangkap burung misalnya kacer, murai batu, ataupun burung kicauan lainnya.
2. Perangkap Corong ( Funnel Traps)
Perangkap corong mempunyai pintu masuk yang sempti dimana burung akan terdorong buat memasuki pintu apabila didalamnya ada ruangan yg berisi kuliner serta sehabis mereka masuk, mereka akan terjebak didalamnya karena kesulitan buat keluar melalui pintu corong tadi.
Ukuran perangkap corong ini bervariasi tergantung kebutuhan serta bisa mempunyai berukuran yg sangat besar buat menjebak beberapa puluh burung sekaligus, berukuran paling besar yang terkenal adalah yang dibentuk pada observatorium burung pada Heligoland Jerman dan dikenal dengan perangkap Heligoland , perangkap tadi digunakan buat memantau serta menilik migrasi burung menggunakan menangkap mereka kemudian memasangkan ring atau pelacak serta lalu melepaskannya balik .
3. Meriam jaring ( Cannon Nets )
Burung yang sedang berkelompok sanggup dijerat menggunakan jaring besar yg ditembakan memakai meriam atau kanon yang dipicu sang roket yg akan ditembakan lalu mengangkat serta membuatkan jaring di atas seluruh kawanan burung tadi.
Jaring ini disebut juga sebagai jaring roket atau bom jaring, yang digunakan buat menangkap semua koloni burung pada satu daerah terutama burung-burung yang ukuran mini . Biasanya dipakai buat mempelajari burung seperti monitoring virs ataupun buat menyelidiki burung.
Teknik ini sangat cocok digunakan di daerah asal terbuka serta umumnya dipakai buat burung yang tak jarang berada di area terbuka pada jumlah banyak. Setelah ditangkap burung akan di lepaskan balik kecuali bila ditemukan satu atau beberapa burung yg dicurigai membawa penyakit atau virus.
Dalam perkembangannya teknik ini banyak dipakai selain buat menangkap burung juga digunakan buat menangkap hewan atau hewan lain dengan cepat.
4. Jaring kabut (Mist nets )
Jaring kabut merupakan perangkat jaring halus yg biasa dipakai menangkap burung dihutan. Jaring yang berukuran relatif lembut ini dipasang membentang diantara pepohonan pada lokasi yang adalah jalur penerbangan berdasarkan burung.
Saking halusnya membuat keberadaan jaring ini sama sekali tidak terlihat sang burung, sehingga apabila ditinjau berdasarkan kejauhan mirip dengan kabut yg sangat tipis, burung yang menabrak jaring ini lalu akan terjatuh ke lipatan yg berada pada bagian bawah dimana disitu umumnya mereka akan terjerat.
Penggunaan jaring ini wajib dengan melalui pengawasan atau pemantauan, lantaran tidak jarang burung yg sudah tertangkap nir berapa lama lalu akan berhasil melepaskan jeratnya atau kemungkinan lain sanggup terkena cedera yang lebih parah bila terbelit lebih dalam dengan jaring-jaringnya dan pula buat mencegahnya terjatuh ke bawah serta menjadi mangsa predator.
Penggunaan jaring relatif terkenal pada beberapa daerah di Indonesia terutama buat mengatasi hama burung homogen emprit atau tekukur yang menghambat ladang pertanian ataupun persawahan.
Namun sayang dalam perkembangannya, penangkapan burung dengan jaringpun kini mulai bergeser menurut yg tadinya hanya dipakai buat menangkap burung yang dipercaya sebagai burung hama , sekarang poly digunakan buat menangkap burung jenis kicauan pada jumlah yg cukup banyak.
Untuk itu tentu diperlukan pengontrolan lebih lanjut terhadap eksistensi penangkap-penangkap burung tersebut, sebagaimana yang telah dilakukan oleh beberapa pemerintah daerah di Indonesia yg mulai memberlakukan pelarangan menangkap serta membawa keluar burung - burung jenis tertentu menurut wilayah asalnya
5. Jerat simpul ( Noose traps )
Perangkap ini memakai metode tali simpul mono-filamen yang pada ikatkan dalam btg kayu atau ranting pohon yang cukup lentur buat mampu menarik tali simpul menjadi mengikat.
Biasanya dalam penerapannya memakai umpan hidup (ulat atau serangga) yang pada ikat pada pemicunya, yang mana jika ulat tersebut ditarik maka secara otomatis akan menciptakan tali melepaskan pemicu yg akan langsung menarik tali simpul hingga menciptakan burung atau unggas yang berada pada bulat tali tadi akan terjerat.
perangkap penjerat ini umumnya dipasangkan di atas tanah meski sekarang banyak jua dikombinasikan dengan pepohonan sehingga sanggup dipasang pada batang pohon. Diletakan di lokasi yg strategis dimana sebagai tempat mencari makan burung ataupun unggas.
Perangkap ini lalu dikenal pula menjadi bal-chatri yg telah dimodifikasi sebagai perangkap bersimpul banyak untuk menangkap burung jenis pemangsa seperti cendet atau raptor , serta dalam perkembangannya timbul lagi varian baru menurut perangkap ini yg dianggap menggunakan "Noose carpet"
6. Menggunakan Pulut atau getah ( Bird Lime )
Menangkap burung memakai getah adalah hal yang cukup generik di negara kita, akan tetapi ternyata beberapa negara pada luar sana pun menggunakan teknik yg sama buat menangkapi burung-burung liar. Tetapi yang membedakan tentu saja resep cara membuat lem pulut atau getahnya.
Di Indonesia getah pulut umumnya dibuat dengan mengungkep getah pohon nangka/benda yg diolah sedemikian rupa dengan bahan-bahan lain supaya mengental serta mudah rekat. Penggunaan getah buat menangkap burung mungkin hal yang biasa di sini, tapi di beberapa negara hal ini dipercaya sebagai tindakan yg ilegal serta sanggup terancam sangsi/sanksi. Hal tesebut karena banyaknya burung yg tewas sia-sia dampak penggunaan getah yg semakin tidak terkontrol.
Getah pulut ini pula banyak digunakan pada negara-negara yg menjadi tujuan burung migrasi, sehingga menciptakan populasi burung tadi terus mengalami penyusutan.
6. Ngobor atau menyenter burung tengah malam (Spot-light trapping)
Menangkap burung pada tengah malam juga sebagai satu kegiatan para pencari burung di banyak sekali daerah pada Indonesia. Dengan bersenjatakan lampu senter para pencari burung akan berusaha mencari keberadaan burung yang sedang tertidur pada antara ranting-ranting pohon atau disemak-semak.
Begitu terlihat, lampu senter tadi pribadi diarahkan dalam mata si burung yang akan terbangun serta pribadi mengalami kebutaan ad interim, serta menggunakan donasi jaring ikan mereka akan segera mengambil burung tadi yg sedang pada syarat linglung.
Penggunan lampu atau cahaya buat menangkap burung ini telah dimulai semenjak sebelum abad ke-19, umumnya orang jaman dulu memakai lentera buat berburu burung-burung pada malam hari, aktivitas tadi seringkali dilakukan pada Spanyol, Italia serta Inggris. Teknik menangkap burung pada Italia dikenal menggunakan lanciatoia ad interim pada Inggris dikenal dengan bat-fowling ( ngalong!) atau low belling sedangkan pada Indonesia pada beberapa daerah dikenal menggunakan kata ngobor.
7. Kandang jebakan (Cage traps)
Seperti halnya jebak menggunakan pulut, jaring ataupun ngobor, memakai kandang jebakan merupakan keliru satu hal yg juga populer dilakukan pada Indonesia. Kita dengan mudah mampu menjumpai sangkar jebakan ini dijual di pasar-pasar burung menggunakan harga bervariasi tergantung tingkat kesulitan serta kerapatan jeruji berdasarkan kandang jebakan tersebut.
Di beberapa negara, penggunaan kandang jebakan ini pun sudah sedemikian berkembang, sehingga mereka nir lagi menggunakan sangkar jebakan berbahan dasar kayu melainkan menurut bahan dasar dawai alumunium. Kegunaannya pun hanya dikhususkan pada menangkap burung burung liar yang dipercaya mengganggu seperti halnya burung jalak/common myna yg populasinya cukup membuat repot penduduk setempat pada beberapa negara.
Bentuk serta ukuran sangkar jebakan itu sendiri bervariasi mulai dari yang terkecil hingga ukuran akbar yg bisa menampung beberapa puluh burung sekaligus dalam satu kali tangkapan.
Selain menangkapi burung menggunakan cara-cara di atas, ada cara-alternatif yg mampu dibilang lebih ekstrim karena memakai mekanis yang bisa melemahkan bahkan membunuh burung yg masuk perangkap, misalnya memakai batang kayu yang langsung memukul burung hingga lemas serta anak panah yg eksklusif menancap tubuh burung waktu menarik umpannya. Biasanya cara seperti itu dilakukan untuk tujuan bertahan hidup, lantaran burung atau hewan yg meninggal itu kemudian dijadikan menjadi makanan oleh si pemburu serta keluarganya.
Di banyak negara aktivitas menjebak burung liar adalah PERBUATAN ILEGAL dan sanggup dipercaya melanggar undang-undang perburuan liar yang hukumannya cukup berat. Namun meski selama beberapa dekade dipercaya ilegal, penangkapan liar burung-burung di alam terus berlanjut terutama buat dijadikan menu santapan pada restoran-restoran mewah yg menyajikan pilihan menu spesial burung atau unggas yg sangat langka.
Seperti yg tak jarang terjadi di Cyprus yang sebagai loka beristirahatnya burung-burung yg sedang bermigrasi melalui jalur penerbangan Eropa - Afrika. Pada ekspresi dominan semi 2010, terdapat lebih dari satu pula burung terbunuh di Cyprus yg semuanya dilakukan hanya buat memenuhi permintaan pelanggan pada sebuah tempat tinggal makan yg terdapat pada kota tadi.
Hal yang unik mampu ditemukan pada India dimana untuk menangkap burung air akan dilakukan oleh para pemburu yang berjalan dan bersembunyi pada bawah air menggunakan menggunakan sebuah pot yang berisi tanah di atas kepala mereka. Begitu terdapat burung air yang menghampiri pot tersebut, si pemburu pribadi menangkap kakinya.
Sedangkan di Malta, orang yang tak jarang melakukan aktifitas menjebak burung disana wajib mempunyai lisensi atau biar buat menangkap burung. Pemberian lisensi ini telah berlangsung dari tahun 2007 dan hingga ketika ini telah terdapat sekitar 4.700 orang penangkap burung liar yg berlisensi dan di Amerika Utara peraturan pelarangan menjebak burung liar sudah diberlakukan dari tahun 1918.
Berburu ataupun menjebak burung mampu menghilangkan spesies burung orisinil menurut daerah tersebut, apalagi bila hal tadi dilakukan tanpa terkontrol dan nir ada upaya buat berusaha menjaga ekuilibrium alam. Anggapan sebagian orang bahwa hanya merogoh burung dewasa atau anakan menurut alam bisa menjaga keseimbangan adalah SALAH BESAR.
Bisa anda bayangkan saat mengambil anakan burung dari sarangnya yg ternyata tidak berhasil dirawat alias mati pada perawatannya, padahal anakan tersebut adalah satu-satunya keturunan yang tersisa sesudah induknya meninggal ditembak pemburu. Begitu jua waktu mengambil atau membutu burung dewasa yang ternyata tengah merawat serta memberi makan anak-anaknya? Apabila induknya ditangkapi atau dibunuh lantas siapa yang merawat anak-anaknya tadi?
Karena itu perlu peraturan yang lebih tegas berdasarkan Pemerintah terutama Pemerintah Daerah untuk segera membuat peraturan khusus tentang proteksi satwa dan burung liar yang terdapat pada daerahnya. Dengan begitu, akan terdapat kesempatan buat memperbaiki kualitas lingkungan dan melindungi populari satwa serta burung liar dengan menciptakan beberapa ruang hijau dan taman kota yg mampu menjadi tempat asli burung tanpa risi ditangkapi.
Untuk itu, ayo kita beserta-sama sebagai Kicaumania sejati yang menyayangi alam tanpa pernah merusaknya.
Semoga berguna.
Menjebak burung telah dilakukan sejak beberapa abad silam dan banyak dipakai buat aneka macam kepentingan, misalnya bertahan hayati dengan berakibat burung/unggas menjadi kuliner, penelitian dan konservasi buat pemuliaan burung yang dipercaya langka sebagai akibatnya dikhawatirkan terjadi kepunahan bila nir segera dibiakkan, sedangkan yang umum ditemukan di loka kita merupakan menjebak burung buat tujuan dipelihara atau dijual di pasar-pasar burung.
Walaupun peraturan mengejai menangkan burung memakai perangkap dan kandang jebakan masih belum diatur sang Undang-Undang atau Peraturan Daerah namun di beberapa negara terdapat aturan dan peraturan tertentu yang membatasi dan melarang penggunaan perangkap maupun kandang jebakan buat menangkap burung-burung liar. Tujuannya tentu saja untuk melindungi populasi burung dari KEPUNAHAN.
Perangkap burung berdasarkan sederhana sampai otomatis
Hampir seluruh perangkap yang dbuat menggunakan makanan, air atau serangga menjadi umpan buat menarik perhatian burung yang berada dalam jangkauan serta dilengkapi pula dengan prosedur yang bisa membatasi gerakan mereka, bahkan sanggup melukai atau membunuh burung yg berada dalam jangkauan.
Penggunaan kuliner serta umpan ini pula kadang disertai dengan pemutaran bunyi panggilan baik dari kaset ataupun berdasarkan burung itu sendiri yg digunakan sebagai umpan yang berada pada dekat atau pada perangkap burung tadi.
Mekanisme yang dipakai pada perangkap itu sendiri beragam, terdapat yang bekerja menggunakan menahan gerakan misalnya mengikat kaki menggunakan jerat atau membatasi gerakan misalnya dalam sebuah sangkar jebakan.
Untuk mengantisipasi penyalahgunaan kandang jebakan ataupun perangkap tersebut, beberapa negara sudah membatasi penggunaannya dengan dibuatkan peraturan spesifik yg tujuannya melindungi burung asli juga burung dilindungi.
Untuk mengetahui jenis - jenis perangkap burung yang sudah dipakai sejak berabad-abad lampau, berikut agrobur hidangkan edisi lengkap jenis-jenis perangkap burung yang banyak digunakan di mancanegara, buat menambah pengetahuan beserta.
1. Perangkap Clap/Pegas ( Clap traps / Bow nets)
Perangkap clap adalah perangkap dengan rangka pegas yang menggunakan kelambu yang dibuat dalam 2 bagian yg akan saling menutup menggunakan cepat begitu burung menginjak pemicunya atau ada juga perangkap contoh ini yg bisa dikendalikan menurut jarak jauh secara manual. Penggunaan perangkap model ini relatif populer di beberapa negara di Asia misalnya Jepang, Malaysia, Singapura, serta Thailand , lantaran poly dipakai buat menangkap burung sejenis tekukur, derkuku, puter, punai ataupun perkutut.
Perangkap jaring menggunakan menggunakan pegas
Dalam perkembangannya model perangkap ini lalu di kombinasikan dengan ruangan buat menyimpan umpan atau burung pemancing, sehingga kegunaannya pun bukan hanya buat menangkap burung yg berada pada atas tanah saja melainkan sudah meluas sampai sanggup menangkap burung misalnya kacer, murai batu, ataupun burung kicauan lainnya.
Perangkap pegas yg dikombinasikan menggunakan sangkar
2. Perangkap Corong ( Funnel Traps)
Perangkap corong mempunyai pintu masuk yang sempti dimana burung akan terdorong buat memasuki pintu apabila didalamnya ada ruangan yg berisi kuliner serta sehabis mereka masuk, mereka akan terjebak didalamnya karena kesulitan buat keluar melalui pintu corong tadi.
Salah satu bentuk perangkap corong yg memakai kawat
Perangkap heligoland yang merupakan perangkap burung terbesar pada dunia
3. Meriam jaring ( Cannon Nets )
Burung yang sedang berkelompok sanggup dijerat menggunakan jaring besar yg ditembakan memakai meriam atau kanon yang dipicu sang roket yg akan ditembakan lalu mengangkat serta membuatkan jaring di atas seluruh kawanan burung tadi.
Jaring ini disebut juga sebagai jaring roket atau bom jaring, yang digunakan buat menangkap semua koloni burung pada satu daerah terutama burung-burung yang ukuran mini . Biasanya dipakai buat mempelajari burung seperti monitoring virs ataupun buat menyelidiki burung.
Meriam jaring digunakan buat menangkap poly burung dalam satu gerombolan atau koloni
Teknik ini sangat cocok digunakan di daerah asal terbuka serta umumnya dipakai buat burung yang tak jarang berada di area terbuka pada jumlah banyak. Setelah ditangkap burung akan di lepaskan balik kecuali bila ditemukan satu atau beberapa burung yg dicurigai membawa penyakit atau virus.
Dalam perkembangannya teknik ini banyak dipakai selain buat menangkap burung juga digunakan buat menangkap hewan atau hewan lain dengan cepat.
Meriam jaring dipakai pula buat menangkap binatang lain
4. Jaring kabut (Mist nets )
Jaring kabut merupakan perangkat jaring halus yg biasa dipakai menangkap burung dihutan. Jaring yang berukuran relatif lembut ini dipasang membentang diantara pepohonan pada lokasi yang adalah jalur penerbangan berdasarkan burung.
Saking halusnya membuat keberadaan jaring ini sama sekali tidak terlihat sang burung, sehingga apabila ditinjau berdasarkan kejauhan mirip dengan kabut yg sangat tipis, burung yang menabrak jaring ini lalu akan terjatuh ke lipatan yg berada pada bagian bawah dimana disitu umumnya mereka akan terjerat.
Menangkap burung dengan menggunakan jaring halus
Penggunaan jaring ini wajib dengan melalui pengawasan atau pemantauan, lantaran tidak jarang burung yg sudah tertangkap nir berapa lama lalu akan berhasil melepaskan jeratnya atau kemungkinan lain sanggup terkena cedera yang lebih parah bila terbelit lebih dalam dengan jaring-jaringnya dan pula buat mencegahnya terjatuh ke bawah serta menjadi mangsa predator.
Penggunaan jaring relatif terkenal pada beberapa daerah di Indonesia terutama buat mengatasi hama burung homogen emprit atau tekukur yang menghambat ladang pertanian ataupun persawahan.
Namun sayang dalam perkembangannya, penangkapan burung dengan jaringpun kini mulai bergeser menurut yg tadinya hanya dipakai buat menangkap burung yang dipercaya sebagai burung hama , sekarang poly digunakan buat menangkap burung jenis kicauan pada jumlah yg cukup banyak.
Untuk itu tentu diperlukan pengontrolan lebih lanjut terhadap eksistensi penangkap-penangkap burung tersebut, sebagaimana yang telah dilakukan oleh beberapa pemerintah daerah di Indonesia yg mulai memberlakukan pelarangan menangkap serta membawa keluar burung - burung jenis tertentu menurut wilayah asalnya
5. Jerat simpul ( Noose traps )
Perangkap ini memakai metode tali simpul mono-filamen yang pada ikatkan dalam btg kayu atau ranting pohon yang cukup lentur buat mampu menarik tali simpul menjadi mengikat.
Biasanya dalam penerapannya memakai umpan hidup (ulat atau serangga) yang pada ikat pada pemicunya, yang mana jika ulat tersebut ditarik maka secara otomatis akan menciptakan tali melepaskan pemicu yg akan langsung menarik tali simpul hingga menciptakan burung atau unggas yang berada pada bulat tali tadi akan terjerat.
Beragam varian perangkap simpul
perangkap penjerat ini umumnya dipasangkan di atas tanah meski sekarang banyak jua dikombinasikan dengan pepohonan sehingga sanggup dipasang pada batang pohon. Diletakan di lokasi yg strategis dimana sebagai tempat mencari makan burung ataupun unggas.
Perangkap ini lalu dikenal pula menjadi bal-chatri yg telah dimodifikasi sebagai perangkap bersimpul banyak untuk menangkap burung jenis pemangsa seperti cendet atau raptor , serta dalam perkembangannya timbul lagi varian baru menurut perangkap ini yg dianggap menggunakan "Noose carpet"
6. Menggunakan Pulut atau getah ( Bird Lime )
Menangkap burung memakai getah adalah hal yang cukup generik di negara kita, akan tetapi ternyata beberapa negara pada luar sana pun menggunakan teknik yg sama buat menangkapi burung-burung liar. Tetapi yang membedakan tentu saja resep cara membuat lem pulut atau getahnya.
Di Indonesia getah pulut umumnya dibuat dengan mengungkep getah pohon nangka/benda yg diolah sedemikian rupa dengan bahan-bahan lain supaya mengental serta mudah rekat. Penggunaan getah buat menangkap burung mungkin hal yang biasa di sini, tapi di beberapa negara hal ini dipercaya sebagai tindakan yg ilegal serta sanggup terancam sangsi/sanksi. Hal tesebut karena banyaknya burung yg tewas sia-sia dampak penggunaan getah yg semakin tidak terkontrol.
Burung tengkek udang yang terjerat oleh pulut
Getah pulut ini pula banyak digunakan pada negara-negara yg menjadi tujuan burung migrasi, sehingga menciptakan populasi burung tadi terus mengalami penyusutan.
6. Ngobor atau menyenter burung tengah malam (Spot-light trapping)
Menangkap burung pada tengah malam juga sebagai satu kegiatan para pencari burung di banyak sekali daerah pada Indonesia. Dengan bersenjatakan lampu senter para pencari burung akan berusaha mencari keberadaan burung yang sedang tertidur pada antara ranting-ranting pohon atau disemak-semak.
Begitu terlihat, lampu senter tadi pribadi diarahkan dalam mata si burung yang akan terbangun serta pribadi mengalami kebutaan ad interim, serta menggunakan donasi jaring ikan mereka akan segera mengambil burung tadi yg sedang pada syarat linglung.
Para pemburu di Italia abad 18 mencari burung branjangan dengan memakai lentera
Penggunan lampu atau cahaya buat menangkap burung ini telah dimulai semenjak sebelum abad ke-19, umumnya orang jaman dulu memakai lentera buat berburu burung-burung pada malam hari, aktivitas tadi seringkali dilakukan pada Spanyol, Italia serta Inggris. Teknik menangkap burung pada Italia dikenal menggunakan lanciatoia ad interim pada Inggris dikenal dengan bat-fowling ( ngalong!) atau low belling sedangkan pada Indonesia pada beberapa daerah dikenal menggunakan kata ngobor.
7. Kandang jebakan (Cage traps)
Seperti halnya jebak menggunakan pulut, jaring ataupun ngobor, memakai kandang jebakan merupakan keliru satu hal yg juga populer dilakukan pada Indonesia. Kita dengan mudah mampu menjumpai sangkar jebakan ini dijual di pasar-pasar burung menggunakan harga bervariasi tergantung tingkat kesulitan serta kerapatan jeruji berdasarkan kandang jebakan tersebut.
Bentuk serta ukuran sangkar jebakan itu sendiri bervariasi mulai dari yang terkecil hingga ukuran akbar yg bisa menampung beberapa puluh burung sekaligus dalam satu kali tangkapan.
Selain menangkapi burung menggunakan cara-cara di atas, ada cara-alternatif yg mampu dibilang lebih ekstrim karena memakai mekanis yang bisa melemahkan bahkan membunuh burung yg masuk perangkap, misalnya memakai batang kayu yang langsung memukul burung hingga lemas serta anak panah yg eksklusif menancap tubuh burung waktu menarik umpannya. Biasanya cara seperti itu dilakukan untuk tujuan bertahan hidup, lantaran burung atau hewan yg meninggal itu kemudian dijadikan menjadi makanan oleh si pemburu serta keluarganya.
Di banyak negara aktivitas menjebak burung liar adalah PERBUATAN ILEGAL dan sanggup dipercaya melanggar undang-undang perburuan liar yang hukumannya cukup berat. Namun meski selama beberapa dekade dipercaya ilegal, penangkapan liar burung-burung di alam terus berlanjut terutama buat dijadikan menu santapan pada restoran-restoran mewah yg menyajikan pilihan menu spesial burung atau unggas yg sangat langka.
Seperti yg tak jarang terjadi di Cyprus yang sebagai loka beristirahatnya burung-burung yg sedang bermigrasi melalui jalur penerbangan Eropa - Afrika. Pada ekspresi dominan semi 2010, terdapat lebih dari satu pula burung terbunuh di Cyprus yg semuanya dilakukan hanya buat memenuhi permintaan pelanggan pada sebuah tempat tinggal makan yg terdapat pada kota tadi.
Hal yang unik mampu ditemukan pada India dimana untuk menangkap burung air akan dilakukan oleh para pemburu yang berjalan dan bersembunyi pada bawah air menggunakan menggunakan sebuah pot yang berisi tanah di atas kepala mereka. Begitu terdapat burung air yang menghampiri pot tersebut, si pemburu pribadi menangkap kakinya.
Sedangkan di Malta, orang yang tak jarang melakukan aktifitas menjebak burung disana wajib mempunyai lisensi atau biar buat menangkap burung. Pemberian lisensi ini telah berlangsung dari tahun 2007 dan hingga ketika ini telah terdapat sekitar 4.700 orang penangkap burung liar yg berlisensi dan di Amerika Utara peraturan pelarangan menjebak burung liar sudah diberlakukan dari tahun 1918.
Berburu ataupun menjebak burung mampu menghilangkan spesies burung orisinil menurut daerah tersebut, apalagi bila hal tadi dilakukan tanpa terkontrol dan nir ada upaya buat berusaha menjaga ekuilibrium alam. Anggapan sebagian orang bahwa hanya merogoh burung dewasa atau anakan menurut alam bisa menjaga keseimbangan adalah SALAH BESAR.
Bisa anda bayangkan saat mengambil anakan burung dari sarangnya yg ternyata tidak berhasil dirawat alias mati pada perawatannya, padahal anakan tersebut adalah satu-satunya keturunan yang tersisa sesudah induknya meninggal ditembak pemburu. Begitu jua waktu mengambil atau membutu burung dewasa yang ternyata tengah merawat serta memberi makan anak-anaknya? Apabila induknya ditangkapi atau dibunuh lantas siapa yang merawat anak-anaknya tadi?
Karena itu perlu peraturan yang lebih tegas berdasarkan Pemerintah terutama Pemerintah Daerah untuk segera membuat peraturan khusus tentang proteksi satwa dan burung liar yang terdapat pada daerahnya. Dengan begitu, akan terdapat kesempatan buat memperbaiki kualitas lingkungan dan melindungi populari satwa serta burung liar dengan menciptakan beberapa ruang hijau dan taman kota yg mampu menjadi tempat asli burung tanpa risi ditangkapi.
Untuk itu, ayo kita beserta-sama sebagai Kicaumania sejati yang menyayangi alam tanpa pernah merusaknya.
Semoga berguna.
0 Response to "MENJEBAK BURUNG DARI MASA KE MASA"
Post a Comment