Berperang Melawan Flu Burung 2019

Berperang Melawan Flu Burung

Image source: //cdn0-a.production.images.static6.com/6gQcyXmLRmYSYs_ohVPZhg25oCU=/640x355/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/1032059/original/065037100_1445756780-Sakit-Flu-8.jpg

Berperang Melawan Flu Burung
Flu burung pada Indonesia meminta korban lagi. Awal tahun 2012, paman dan keponakan yg tinggal serumah terinfeksi. Ini problem kluster pertama tahun ini pada Indonesia.
Sampai 24 Januari 2012, korban flu burung pada Indonesia mencapai 184 orang serta 152 meninggal (32 persen serta 44 % korban global), tertinggi pada dunia, diikuti Mesir serta Vietnam. Di Thailand dan Turki, persoalan manusia berhenti semenjak 2007.
Dari 33 provinsi di Indonesia, 32 merupakan daerah endemis flu burung dalam unggas dan fauna lain. Belum tampak kemajuan cara pengendalian, apalagi edukasi kepada rakyat, masih misalnya delapan tahun lalu. Padahal, masalah pada insan akan habis bila masalah dalam hewan juga berhenti.
Belum timbul sinergi antar-otoritas. Setelah Komnas Flu Burung bubar, warga menunggu peran Komnas Penanggulangan Penyakit Zoonosis yg dibutuhkan berperan lebih, nir lagi contohnya koboi tanpa pistol.
Interaksi inang serta virus
Sejak 1997, agen/virus flu burung berinteraksi khusus memakai inang (host). Tatkala virus ini menginfeksi ayam, nomor kesakitan dan kematian sangat tinggi, bisa 100 %. Pada bebek, kesakitan tinggi, tetapi taraf kematian rendah. Pada spesies unggas lain bersifat jarang. Pada fauna lain, babi, kucing, anjing, dan mamalia lain, pola penularan belum jelas diketahui.
Saat virus melompat ke insan, jumlah duduk perkara sangat rendah dibandingkan jumlah penduduk, namun angka kematian (case fatality rate/CFR) sangat tinggi, 60-80 %, tergantung penanganan penderita.
Akhir-akhir ini pola korelasi inang (manusia) menggunakan virus tampak khusus serta perlu dipandang semua pihak. Khususnya tiga dilema terakhir di Bali, Jakarta, dan Tangerang.
Kasus di Bali, akhir 2011, korban tiga orang: 2 anak serta ibu yg tinggal serumah. Saat ke 2 anaknya dirawat di tempat tinggal sakit, ibu masih sehat. Ibu sakit serta meninggal beberapa hari sesudah ke 2 anaknya mangkat . Informasi awal, bunda bukan terinfeksi flu burung, tetapi akhirnya positif. Dari lapangan, sulit mencari hubungan memakai faktor penularan asal hewan.
Di Jakarta, keponakan mati sesudah paman mangkat dan jua tinggal serumah. Keponakan sempat diumumkan tidak terinfeksi flu burung, tetapi kemudian dinyatakan positif. Tidak ditemukan virus H5N1 dalam burung dara pada tempat tinggal mereka.
Kasus terakhir, pada Tangerang, sudah diumumkan terinfeksi virus flu pandemik (H1N1-p), tetapi tindakan di RS Tangerang misalnya menangani korban flu burung. Berdasarkan gosip keluarga, korban tidak kontak menggunakan bebek di tempat tinggal.
Fatwa otopsi
Berdasarkan kajian korban pada negara lain, virus H5N1 nir hanya menginfeksi saluran pernapasan, tetapi jua semua organ tubuh. Korban flu burung tewas bukan hanya lantaran badai sitokin yang sangat cepat merusak jaringan pernapasan, melainkan juga infeksi pada beberapa organ (multiorgan failure). Hal serupa tampak dalam hewan coba.
Sebetulnya virus flu burung insan sumber Indonesia paling sedikit menciptakan sitokin dibandingkan virus flu burung negara lain serta virus H1N1-p. Namun, lantaran korban menunjukkan ilustrasi sebaliknya, setiap korban perlu diotopsi. Otopsi dan analisis virus pada organ akan membantu menerima informasi perjalanan penyakit (patogenesis) yg penting buat mencegah korban selanjutnya.
Memang tidak gampang melakukan ini lantaran timbul faktor sosial, budaya, dan agama. Diperlukan suatu peraturan atau fatwa agama agar korban flu burung atau penyakit lain yg menular dan mematikan bisa diotopsi.
Proses otopsi dan pengkajian ini memerlukan loka tinggal sakit serta laboratorium khusus. Sebagai negara menggunakan korban tertinggi, pemerintah wajib menyiapkan fasilitas ini supaya segera sanggup menanggulangi flu burung. Kita sanggup mencontoh Turki, yang sejak 2007 tidak timbul korban insan, menggunakan menangani penderita secara maksimal .
Penanganan korban sangat tergantung keaktifan penderita. Selama ini pada Indonesia flu dipercaya penyakit yg nir membahayakan. Karena itu, perlu kesiapan tenaga medis buat mengantisipasi penyakit flu burung, dan terakhir kesiapan tempat tinggal sakit acum. Aika rangkaian ini timbul yg terlewatkan, masalah tidak akan tercatat menjadi flu burung. Jadi, jumlah selama ini hanya sebagian mini saja dan merupakan kenyataan gunung es.
Langkah yang mampu dilakukan adalah vaksinasi flu burung dalam warga yg berisiko, terutama yg tinggal di segitiga flu burung, yaitu Jakarta, Jawa Barat, dan Tangerang. Pilihan lain, menjual bebas obat antivirus flu (osiltamivir) di toko obat, mengingat obat ini hanya efektif 48 jam sehabis terinfeksi.
Agar diagnosis awal tepat, diharapkan tes cepat (rapid test) yang tersedia di puskesmas. Gejala flu burung hampir sama menggunakan flu lain, bahkan tidak sporadis dikelirukan memakai penyakit lain, misalnya demam berdarah atau tifus. Sementara konfirmasi menggunakan uji lab (PCR) perlu ketika.
Koalisi virus
Virus influenza, termasuk flu burung serta H1N1-p, mempunyai struktur sama: 8 gen yg saling tanggal. Virus ini sangat gampang bermutasi, baik dalam gen tadi (drift) pula antargen (shift). Mutasi drift biasanya dipicu oleh syarat ekstrem, contohnya perubahan cuaca, vaksinasi yang tidak sempurna, dan faktor inang.
Vaksin yang tidak tepat sanggup mengakibatkan virus melompat ke inang lain, terutama manusia, sebagai akibatnya hati-hati menggunakan vaksin flu burung dalam fauna. Apalagi saat ini global dikejutkan pandemik flu oleh virus baru, H1N1-p, yg begitu cepat menyebar. Padahal, flu burung belum berhasil dikendalikan.
Jadi, waktu ini pada Indonesia beredar virus influenza musiman (H3N2, H1N1), H1N1-p, serta flu burung (H5N1) fauna dan manusia. Kita abaikan mereka biologi leluasa pada Indonesia, berkoalisi (rekombinasi) antarjenis virus flu, bertukar gen satu memakai lainnya, menjadi akibatnya mengakibatkan aneka karakter virus.
Tidak aneh apabila global khawatir menggunakan Indonesia. Kita tidak rela negara lain memanfaatkan virus flu burung Indonesia, namun kita juga nir melakukan apa pun. Kita perlu segera tahu, bagaimana karakter virus flu burung asal penderita terakhir dan bagaimana kemungkinan penularannya antarmanusia.

Related

Meski beberapa ahli beropini nir mungkin virus flu burung menular antarmanusia, simulasi menggunakan banyak sekali contoh virus pada lab berfasilitas keamanan tingkat tinggi (minimal BSL-3) perlu segera dilakukan.
Para peneliti di Avian Influenza-zoonosis Research Center- Universitas Airlangga (AIRC- Unair) sudah meneliti pola virus influenza pada lapangan serta pada laboratorium. Tahun 2006, dilakukan mutasi sintesis pada virus H5N1 sumber unggas pada Indonesia tanpa koalisi.
Ternyata virus H5N1 unggas yg berkoalisi memakai H3N2 lebih virulen. Selama ini para pakar mengira virus H5N1 unggas akan mengikuti keadaan dalam mamalia, termasuk insan, apabila terjadi mutasi pada asam amino protein PB2, nomor 627 dan 701. Namun, para ahli dikejutkan struktur virus H1N1-p yang bisa beradaptasi tanpa mutasi 627. Mungkinkah ada mutasi serupa pada flu burung yg menginfeksi fauna ataupun manusia?
AIRC-Unair beserta Tim Universitas Tokyo melacak virus H1N1-p serta virus H5N1 dalam hewan tahun 2011. Dari 1.607 sampel ayam sehat ditemukan delapan ayam positif membawa virus H5N1. Ayam sehat namun positif flu burung tersebut berada di Riau, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, serta Kalimantan Selatan. Keseluruhan struktur virus yg berhasil diisolasi tahun 2011 lebih dekat menggunakan virus bebek sumber Yogyakarta 2007. Virus H5N1 ayam pada Indonesia sangat variatif. Ini berpengaruh dalam keberhasilan vaksin yg digunakan. Kementerian Pertanian sudah menetapkan master seed vaksin yang akan dipergunakan mulai 2012.
Dari serosurvei antibodi (zat kebal) anak-anak Indonesia berumur 10-11 tahun terhadap virus H1N1-p, 66,9 persen mempunyai antibodi tanpa timbul riwayat sakit. Artinya, anak-anak Indonesia secara alamiah terinfeksi virus H1N1-p tanpa gejala sakit dan sebagian besar sanggup mengakibatkan antibodi. Ini tidak sinkron menggunakan anak seumur pada Jepang, 75,6 % memiliki antibodi menggunakan tanda-tanda sakit influenza terperinci.
Penularan antarmamalia
Apakah sahih virus flu burung tidak menular antarmanusia? Aika virus flu burung berdiri sendiri tanpa koalisi, pendapat tadi mampu dibenarkan. Namun, jika terjadi koalisi (mutasi shift), penularan antarmamalia (manusia) mampu terjadi.
Baru-baru ini dua sentra penelitian influenza, kelompok Universitas Wisconsin (AS) dan Erasmus Medical Center (Belanda), mengoalisikan virus flu burung H5N1 menggunakan virus H1N1-p. Hasilnya seperti: virus flu burung H5N1 koalisi berpotensi menular antarmamalia dalam ferret.
Hal ini sangat krusial bagi Indonesia buat menghadapi pandemik, mengingat daerah kita merupakan tempat ideal terjadinya koalisi. Semua strain virus flu tersedia, padahal penataan lingkungan hewan dan manusia masih belum terang.
Penulis : CA Nidom Ketua AIRCUnair, Surabaya

Related Posts

0 Response to "Berperang Melawan Flu Burung 2019"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel