GERAKAN DONASI BUAT IBU WARUNG TERKENA RAZIA ADALAH TINDAKAN BODOH
June 15, 2016
Add Comment
Dari Mbak Ditya Sibarani aku jadi tau ada gerakan bantuan bagi ibu-mak pemilik warteg yang terkena razia satpol PP. Gerakan donasi 10,000 ini digagas sang Dwika Putra. Saat goresan pena ini dibentuk sudah terkumpul 130 juta rupiah.
Semula, semenjak semalam saya ingin mengupas habis tentang Pak Mantan, meskipun telah berkali-kali terdapat orang kirimkan capture warta ibu penjaga warteg dirazia satpol PP. Tapi melihat gerakan bantuan sepertinya tidak terbendung, sepertinya saya harus ikut terlibat membahas.
Bagi aku , satpol PP yang merazia warung buka pada bulan Ramadhan ini hanya menjalankan tugas. Jika ada orang yg paling wajib kita lempari sandal lantaran tidak setuju dengan razia tersebut, maka beliau merupakan Bupati Serang. Tidak mungkin Satpol PP berkiprah sendiri tanpa instruksi.
Di luar itu, ternyata memang terdapat sura edaran Walikota Serang 451.13/739-kesra/2015 mengenai pelarangan membuka warung dalam siang hari selama bulan Ramadhan. Apabila terpaksa buka, maka akan diberi teguran. Jika telah dua kali teguran permanen memaksa buka, maka akan dikenakan sanski 50 juta serta kurungan 3 bulan penjara.
Masalahnya merupakan, anggaran seperti ini berlaku sejak dulu. Dari 2010 memang sudah ada Perdanya.
Nah sekarang balik ke donasi 130juta rupiah yang sudsh terkumpul. Para donaturnya dari semua Indonesia. Kurang menurut 24 jam telah terkumpul sebanyak itu, luar biasa.
Dari poly sahabat yang ikut bantuan, alasan mereka merupakan karena menjunjung tinggi toleransi. Berpuasa itu tidak harus memaksa orang lain berpuasa. Negara nir punya hak buat memaksa warganya berpuasa. Tidak wajib memaksa orang berjualan siang hari buat tutup, mereka mencari rejeki. Toh sebenarnya warung buka pada siang hari sebenarnya nir mengganggu sama sekali, seharusnya. Saya biasa puasa dan permanen menemui klien atau teman-sahabat pada restoran, kalem.
Melihat wajah si ibu penjaga warung yang sangat memprihatinkan, misalnya hendak menangis ketika barang dagangannya ditertibkan, siapa yang nir sedih? Beliau hanya masyarakat jelata yang coba bertahan hayati menggunakan berjualan di warung.
Tapi begini, toleransi itu tentang 2 sisi. Kita mampu merasa nir terganggu menggunakan warung buka siang hari dan menyalahkan Satpol PP atas nama toleransi, tapi pada Serang hal itu diatur sang Peraturan Daerah semenjak 2010. Pertanyaannya kemudian, apakah kita mau menghargai Perda tadi? Kalau menjunjung tinggi toleransi seharusnya mulai waktu ini kita sadar bahwa apa yg dilakukan Satpol PP sudah sahih. Resmi, peraturan wilayah.
Perdanya ada, apabila tidak diterapkan maka Walikotanya yg salah . Memang seharusnya Satpol PP berkiprah. Aturannya telah begitu.
Jika kita mau menggunakan sisi baper, memang kasihan. Saya pun tidak tega melihat ibu penjaga warung dirazia dan disita barang dagangannya. Tapi dalam hal ini kita harus berpikir jernih dan sedikit melupakan mengenai perasaan. Karena sekali lagi ini tetang 2 sisi yang niscaya menimbulkan pro kontra.sama lah misalnya anggaran-anggaran pemerintah yang lain seperti hukuman mangkat bagi pengedar narkoba, aturan kebiri bagi pemerkosa dan sebagainya. Ambil model hukuman mangkat , banyak orang menilai bahwa itu sangat berlebihan atau tidak pantas. Tapi toh Presiden tetap melaksanakan anggaran tadi tanpa ragu. Aturannya sudah terdapat. Alasannya lantaran poly anak belia terjerat kasus narkoba dan telah poly yg mati global karenanya.
Nah di Serang, buka warung pada siang hari itu dilarang. Perdanya terdapat, surat edarannya jua sudah terdapat. Alasannya pasti untuk menciptakan suasana aman. Aturan ini kentara wilayah mereka. Kita boleh tidak suka , mengkritik serta sebagainya. Tapi menyalahkan Satpol PP dan melakukan donasi aku pikir telah pada luar batas aktualisasi diri.
Dampak buruk menurut penggalangan bantuan ini adalah berakibat rakyat bawah nir terdidik. Bagaimanapun mereka bersalah lantaran sudah melanggar anggaran. Lalu kita lalu menggalang dana sampai 130 juta buat mak penjaga warung.
Sekarang mari kita tanya, uang tersebut mau dibuat apa? Jujur aku nir pernah putusan bulat dengan gerakan seperti ini, lantaran menurut aku sangat ndeso sekali. Bagaimana mungkin masyarakat yang melanggar anggaran kemudian kita belanjakan? Memberinya uang? Tapi ya beginilah kondisi pada Indonesia, penghina Pancasila menjadi duta Pancasila, pembetak Polwan malah jadi duta narkoba. Sekarang bunda penjaga warung malah menerima hadiah 130 juta rupiah. Luar biasa.
Disadari atau nir, kita sudah pernah alami ini sebelumnya. Dulu tvone pernah melakukan donasi buat Darsem yang terancam hukuman mangkat pada Arab, kemudian terkumpul 1.dua milyar rupiah lantaran maraknya informasi tetang Ruyati yang sebelumnya telah dihukum pancung.
Setelah nego panjang, akhirnya hanya Ruyati yang dihukum pancung. Sementara Darsem divonis bebas. Tapi dana sumbangan tadi terlanjur terkumpul serta wajib diberikan. Setelah itu hayati Darsem kemudian berubah drastis serta bermewah-mewahan. Banyak warga yang menyayangkan sikapnya, tetapi Darsem punya hak memakai hartanya buat apa.
Pertanyaannya merupakan, apakah yang misalnya itu masih tidak sanggup dianggap kurang pandai? Bodohnya lagi kini terulang lagi. Nominal sumbangan 130 juta telah terkumpul, sesudah ini mau dibagikan ke mak penjaga warung? Terlepas apakah si mak penjaga warung akan permanen rendah hati atau arogan sesudah ini, yg kentara akan menimbulkan kecemburuan sosial. Karena yang ditertibkan niscaya bukan hanya beliau. Selain itu secara otomatis kita tidak menghargai produk anggaran yang ada. Padahal pungkasnya menjunjung tinggi toleransi.
Apakah kisahnya akan sama seperti Ruyati serta Darsem? Keluarga Ruyati hanya diberikan 20 juta oleh Darsem, itupun selesainya ditelpon migrant care.
Terakhir, mohon maaf bila saya menyimpulkan bahwa gerakan donasi buat ibu penjaga warung merupakan tindakan yang sangat kolot.
Begitulah kura-kura.
BY ALIFURRAHMAN
Semula, semenjak semalam saya ingin mengupas habis tentang Pak Mantan, meskipun telah berkali-kali terdapat orang kirimkan capture warta ibu penjaga warteg dirazia satpol PP. Tapi melihat gerakan bantuan sepertinya tidak terbendung, sepertinya saya harus ikut terlibat membahas.
Bagi aku , satpol PP yang merazia warung buka pada bulan Ramadhan ini hanya menjalankan tugas. Jika ada orang yg paling wajib kita lempari sandal lantaran tidak setuju dengan razia tersebut, maka beliau merupakan Bupati Serang. Tidak mungkin Satpol PP berkiprah sendiri tanpa instruksi.
Di luar itu, ternyata memang terdapat sura edaran Walikota Serang 451.13/739-kesra/2015 mengenai pelarangan membuka warung dalam siang hari selama bulan Ramadhan. Apabila terpaksa buka, maka akan diberi teguran. Jika telah dua kali teguran permanen memaksa buka, maka akan dikenakan sanski 50 juta serta kurungan 3 bulan penjara.
Masalahnya merupakan, anggaran seperti ini berlaku sejak dulu. Dari 2010 memang sudah ada Perdanya.
Nah sekarang balik ke donasi 130juta rupiah yang sudsh terkumpul. Para donaturnya dari semua Indonesia. Kurang menurut 24 jam telah terkumpul sebanyak itu, luar biasa.
Dari poly sahabat yang ikut bantuan, alasan mereka merupakan karena menjunjung tinggi toleransi. Berpuasa itu tidak harus memaksa orang lain berpuasa. Negara nir punya hak buat memaksa warganya berpuasa. Tidak wajib memaksa orang berjualan siang hari buat tutup, mereka mencari rejeki. Toh sebenarnya warung buka pada siang hari sebenarnya nir mengganggu sama sekali, seharusnya. Saya biasa puasa dan permanen menemui klien atau teman-sahabat pada restoran, kalem.
Melihat wajah si ibu penjaga warung yang sangat memprihatinkan, misalnya hendak menangis ketika barang dagangannya ditertibkan, siapa yang nir sedih? Beliau hanya masyarakat jelata yang coba bertahan hayati menggunakan berjualan di warung.
Tapi begini, toleransi itu tentang 2 sisi. Kita mampu merasa nir terganggu menggunakan warung buka siang hari dan menyalahkan Satpol PP atas nama toleransi, tapi pada Serang hal itu diatur sang Peraturan Daerah semenjak 2010. Pertanyaannya kemudian, apakah kita mau menghargai Perda tadi? Kalau menjunjung tinggi toleransi seharusnya mulai waktu ini kita sadar bahwa apa yg dilakukan Satpol PP sudah sahih. Resmi, peraturan wilayah.
Perdanya ada, apabila tidak diterapkan maka Walikotanya yg salah . Memang seharusnya Satpol PP berkiprah. Aturannya telah begitu.
Jika kita mau menggunakan sisi baper, memang kasihan. Saya pun tidak tega melihat ibu penjaga warung dirazia dan disita barang dagangannya. Tapi dalam hal ini kita harus berpikir jernih dan sedikit melupakan mengenai perasaan. Karena sekali lagi ini tetang 2 sisi yang niscaya menimbulkan pro kontra.sama lah misalnya anggaran-anggaran pemerintah yang lain seperti hukuman mangkat bagi pengedar narkoba, aturan kebiri bagi pemerkosa dan sebagainya. Ambil model hukuman mangkat , banyak orang menilai bahwa itu sangat berlebihan atau tidak pantas. Tapi toh Presiden tetap melaksanakan anggaran tadi tanpa ragu. Aturannya sudah terdapat. Alasannya lantaran poly anak belia terjerat kasus narkoba dan telah poly yg mati global karenanya.
Nah di Serang, buka warung pada siang hari itu dilarang. Perdanya terdapat, surat edarannya jua sudah terdapat. Alasannya pasti untuk menciptakan suasana aman. Aturan ini kentara wilayah mereka. Kita boleh tidak suka , mengkritik serta sebagainya. Tapi menyalahkan Satpol PP dan melakukan donasi aku pikir telah pada luar batas aktualisasi diri.
Dampak buruk menurut penggalangan bantuan ini adalah berakibat rakyat bawah nir terdidik. Bagaimanapun mereka bersalah lantaran sudah melanggar anggaran. Lalu kita lalu menggalang dana sampai 130 juta buat mak penjaga warung.
Sekarang mari kita tanya, uang tersebut mau dibuat apa? Jujur aku nir pernah putusan bulat dengan gerakan seperti ini, lantaran menurut aku sangat ndeso sekali. Bagaimana mungkin masyarakat yang melanggar anggaran kemudian kita belanjakan? Memberinya uang? Tapi ya beginilah kondisi pada Indonesia, penghina Pancasila menjadi duta Pancasila, pembetak Polwan malah jadi duta narkoba. Sekarang bunda penjaga warung malah menerima hadiah 130 juta rupiah. Luar biasa.
Disadari atau nir, kita sudah pernah alami ini sebelumnya. Dulu tvone pernah melakukan donasi buat Darsem yang terancam hukuman mangkat pada Arab, kemudian terkumpul 1.dua milyar rupiah lantaran maraknya informasi tetang Ruyati yang sebelumnya telah dihukum pancung.
Setelah nego panjang, akhirnya hanya Ruyati yang dihukum pancung. Sementara Darsem divonis bebas. Tapi dana sumbangan tadi terlanjur terkumpul serta wajib diberikan. Setelah itu hayati Darsem kemudian berubah drastis serta bermewah-mewahan. Banyak warga yang menyayangkan sikapnya, tetapi Darsem punya hak memakai hartanya buat apa.
Pertanyaannya merupakan, apakah yang misalnya itu masih tidak sanggup dianggap kurang pandai? Bodohnya lagi kini terulang lagi. Nominal sumbangan 130 juta telah terkumpul, sesudah ini mau dibagikan ke mak penjaga warung? Terlepas apakah si mak penjaga warung akan permanen rendah hati atau arogan sesudah ini, yg kentara akan menimbulkan kecemburuan sosial. Karena yang ditertibkan niscaya bukan hanya beliau. Selain itu secara otomatis kita tidak menghargai produk anggaran yang ada. Padahal pungkasnya menjunjung tinggi toleransi.
Apakah kisahnya akan sama seperti Ruyati serta Darsem? Keluarga Ruyati hanya diberikan 20 juta oleh Darsem, itupun selesainya ditelpon migrant care.
Terakhir, mohon maaf bila saya menyimpulkan bahwa gerakan donasi buat ibu penjaga warung merupakan tindakan yang sangat kolot.
Begitulah kura-kura.
BY ALIFURRAHMAN
0 Response to "GERAKAN DONASI BUAT IBU WARUNG TERKENA RAZIA ADALAH TINDAKAN BODOH"
Post a Comment