ROMBONGAN PEMKAB SIGI SULTENG BELAJAR BUDIDAYA KELOR BLORA


 Pemerintah Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah dalam hari Selasa (4/4/2017) melaksanakan kunjungan belajar ke Blora. Dengan dipimpin Wakil Bupati Sigi Paulina SE, M.si dan Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Sigi Hazizah M.irwan, rombongan sebanyak 38 orang yg beranggotakan beberapa pimpinan OPD terkait dan petani kelor menurut 3 desa tersebut datang pada Blora sehari sebelumnya, Senin sore (3/4/2017).

Tujuan tiba ke Kabupaten Blora buat belajar budidaya flora kelor yg ternyata memilik khasiat luar biasa bagi kesehatan serta pertanian sebagai akibatnya bisa menaikkan perekonomian masyarakat jika dikelola dengan benar.

“Di Sigi, tumbuhan kelor itu telah nir asing. Karena disana poly dimanfaatkan menjadi pagar pemukiman di kampung-kampung. Daunnya pula poly digunakan sayur, dimana sayur kelor adalah makanan khas wilayah kami. Sedangkan biji kelor poly dibuang serta nir dimanfaatkan,” ujar Wakil Bupati Paulina SE, M.si.

Namun menurutnya sesudah banyak membaca serta menggali keterangan, ternyata tanaman yang mempunyai nama ilmiah “Moringa oleifera” ini mempunyai banyak manfaat serta menyimpan keajaiban bagi kesehatan tubuh insan. Sehingga Pemkab Sigi merasa tertarik buat belajar budidaya kelor yang benar supaya bisa diolah dan diproses menjadi sebuah produk yg mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Ia menentukan Blora sebagai lokasi belajar budidaya kelor lantaran disini terdapat Kampung Konservasi Kelor yang dipimpin oleh Pak Ai Dudi Krisnadi tepatnya di Desa Ngawenombo Kecamatan Kunduran. Disini menurut perkebunan hingga pengolahan kelornya telah berstandart internasional, bahkan telah memperoleh sertifikat penghargaan dari Jerman.

“Sengaja kami ajak para petani supaya mereka mengetahui pribadi bagaimana cara yang sahih buat menanam serta mengolah kelor,” lanjut Paulina.

Setibanya pada Ngawenombo, Selasa siang (4/4/2017), rombongan langsung diajak melihat perkebunan kelor. Disini mereka melihat cara pemanenan daun kelor, belajar penanaman, sampai pengolahan lahan agar nutrisi kelor tetap tinggi. Bahkan rombongan berdasarkan Sigi pula diajari cara mengolah kelor yg sahih sebagai akibatnya nilai gizinya nir turun.

“Kelor itu nilai gizinya akan meningkat apabila ditanam di lahan yang memiliki tingkat residu kimia rendah. Mengingat lahan pertanian pada Jawa sudah poly terkena pupuk kimia, maka buat mensiasati itu wajib dilakukan sistem tumpangsari dengan flora kacang tanah. Dimana kacang tanah mempunyai sifat mengikat residu kimia. Disamping itu flora kacang tanah sanggup melindungi tanah supaya tidak tersengat sinar matahari langsung. Sehingga kesuburan tanah mampu terjaga. Kelor sanggup tumbuh menggunakan baik, sementara kacang tanahnya pula mampu menghasilkan pundi rupiah,” jelas Dudi Krisnadi.

Untuk jeda tanam, dia menyarankan menggunakan sejauh 1 meter persegi antara satu batang kelor menggunakan kelor lainnya. Sehingga diantaranya bisa ditanami kacang tanah. Daun kelor mampu mulai dipanen setelah masa tanam selama tiga bulan pertama, kemudian bisa dipanen sebulan sekali. Daunnya sehabis dipanen, wajib dipisahkan berdasarkan rantingnya lalu dicuci dengan air ozon, lantas dikeringkan.

“Lantaran nilai gizinya yang tinggi, WHO menetapkan kelor menjadi tanaman ajaib. Gizi buruk yang terjadi pada Afrika dapat diatasi oleh kelor. Kami banyak mengekspor kesana, bahkan permintaan jua tiba dari Eropa, Jepang, hingga Amerika,” lanjut Dudi yang mempunyai ribuan hektar kebun kelor ini.

Kelor banyak diekspor pada bentuk bubuk daun kelor serta minyak biji kelor. Untuk serbuk daun kelor menurutnya paling mahal untuk kualitas 500 mesh sanggup mencapai harga Rp 2 juta per kilogram. Sedangkan minyak biji kelor mampu laku sampai Rp dua,5 juta per kilogramnya. Bahan itu diekspor ke luar negeri buat dijadikan bahan kosmetik kesehatan, aneka kuliner bergizi dan lainnya.

Sedangkan ranting kelornya pun tidak dibuang begitu saja. Setelah daunnya diambil, ranting kelor diolah sebagai pakan ternak. “Kambing yang makan pakan ternak berbahan kelor akan mempunyai kolesterol rendah, bahkan bebas kolesterol. Ini potensi buat dikembangkan peternakan organik menggunakan kelor,” jelas Dudi.

Mendengar penjelasan panjang lebar dari A Dudi Krisnadi, rombongan Pemkab Sigi tampak bersemangat dan mencatat apa yang diucapkan Pak Dudi. Mereka antusias serta yakin mampu melaksanakan budidaya kelor yg sahih pada Kabupaten Sigi.

Selama berkunjung ke perkebunan dan lokasi pengolahan kelor, rombongan Kabupaten Sigi didampingi sang Wakil Bupati Blora H.arief Rohman M.si, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Blora Hj.umi Kulsum dan wakilnya Hj.ainus Sholicah. Beserta beberapa OPD terkait.

Adapun Bupati Djoko Nugroho dalam program ramah tamah menggunakan Pemkab Sigi, Selasa malam (4/4/2017) di Pendopo Rumah Dinasnya merasa senang serta bahagia karena Blora mampu dikenal global berkat flora kelor. Ia pun salut pada Pemkab Sigi yg gigih ingin membangun wilayahnya berbasis potensi lokal yakni kelor.

“Jujur baru kali ini saya sadar jika kelor mampu mengangkat nama Blora pada dunia internasional. Bahkan saudara kita menurut Sigi Sulawesi Tengah rela jauh-jauh ke Blora buat belajar kelor. Ini sungguh membanggakan. Terimakasih sudah mau belajar ke Blora, terimakasih jua buat Pak Dudi yang sudah membuatkan perkebunan kelor pada Kunduran. Tahun depan kami sebaiknya jalan menuju kampung kelor pada Ngawenombo buat diperbaiki,” ucap Bupati.

Tidak hanya belajar mengenai budidaya kelor saja, rombongan jua diajak berbelanja produk kelor, mampir ke Dekranasda Blora buat berbelanja oleh-oleh, serta berkunjung ke Kampung Samin Desa Klopoduwur Kecamatan Banjarejo. Disini dipertunjukkan hiburan kesenian Barongan Blora dan diskusi budaya dengan rakyat sedulur sikep (samin). Semua peserta merasa bahagia serta berterimakasih atas sambutan yan luar biasa dari Pemkab Blora. ( Aras ).




Sumber : infodesaku.co.id

Related Posts

0 Response to "ROMBONGAN PEMKAB SIGI SULTENG BELAJAR BUDIDAYA KELOR BLORA"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel