MUARA ANGKE HABITAT TERAKHIR BURUNGBURUNG DI PULAU JAWA
January 09, 2019
Add Comment
Dari sekian poly ruang terbuka hijau serta daerah hijau yg mulai beralih fungsi sebagai pemukiman penduduk, Muara Angke adalah hutan tersisa pada Jakarta yang sebagai habitat bagi majemuk jenis burung liar, baik penetap maupun pengembara.
Suaka margasatwa Muara Angke atau SMMA adalah sebuah tempat konservasi yg berada pada daerah hutan mangrove pada pesisir utara Jakarta. Kawasan ini termasuk pada daerah Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara. Di sisi utara terdapat hutan lindung Angke-Kapuk yg dikelola oleh Dinas Kehutanan DKI Jakarta.
Pemerintah Hindia Belanda pada lepas 17 Juni 1939 tetapkan daerah SMMA ini sebagai cagar alam, menggunakan luas 15.04 ha. Kawasan ini lalu diperluas sebagai sekitar 1.344.62 ha sekitar tahun 1960-an. Tetapi lantaran kerusakan yg terjadi pada pada serta lebih kurang Muara Angke oleh melonjaknya jumlah penduduk pada Jakarta, membuat Pemerintah mengubah statusnya menjadi suaka margasatwa dalam tahun 1998. Kawasan ini pun sekarang hanya mempunyai lahan seluas 25.02 ha.
Terdapat lebih kurang 105 jenis burung sanggup yg bisa dijumpai di kawasan suaka margasatwa Muara Angke ini misalnya pecuk-ular asia (Ahinga melanogaster), punai gading (Treron vermans), belibis kembang (Dendrocygna arcuata), burung-sepatu teratai (Hydrophasianus chirurgus), mandar akbar (Porphyrio porphyrio), tikusan merah (Porzana fusca) hingga blekok sawah serta kuntul.
Selain burung-burung air, kawasan suaka margasatwa ini juga menjadi tempat asal bagi beberapa jenis burung lain yang terancam punah seperti bangau bluwok (Mycteria cinerea), elang bondol (Haliastur indus) yang ditetapkan menjadi maskot Jakarta, elang-laut perut putih (Haliaestus leucogaster), bubut jawa (Centropus nigrorufus) dan Jalak putih (Sturnus melanopterus).
Kini, kondisi SMMA telah sangat mengkhawatirkan, selain perkara eceng gondok yg semakin sulit dibasmi lantaran sudah merajalela selama bertahun-tahun, masalah sampah pun sebagai hal yg Mengganggu pemandangan dan mencemari perairan yang sebagai tempat asal beragam jenis ikan yg sebagai kuliner burung.
Sampah-sampah tadi dari menurut Kali Angke maupun yg dibawa oleh pengunjung dan akibat semakin padatnya tempat pemukiman pada kurang lebih kawasan tersebut. Apabila nir segera ditangani, sanggup memberi dampak kurang baik bagi kehidupan burung yang terdapat di kawasan ini. Terlebih lagi BirdLife Internasional telah memasukkan bunyi margasatwa ini sebagai Daerah Penting bagi Burung atau DPB di Pulau Jawa.
Suaka margasatwa Muara Angke atau SMMA adalah sebuah tempat konservasi yg berada pada daerah hutan mangrove pada pesisir utara Jakarta. Kawasan ini termasuk pada daerah Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara. Di sisi utara terdapat hutan lindung Angke-Kapuk yg dikelola oleh Dinas Kehutanan DKI Jakarta.
Pemerintah Hindia Belanda pada lepas 17 Juni 1939 tetapkan daerah SMMA ini sebagai cagar alam, menggunakan luas 15.04 ha. Kawasan ini lalu diperluas sebagai sekitar 1.344.62 ha sekitar tahun 1960-an. Tetapi lantaran kerusakan yg terjadi pada pada serta lebih kurang Muara Angke oleh melonjaknya jumlah penduduk pada Jakarta, membuat Pemerintah mengubah statusnya menjadi suaka margasatwa dalam tahun 1998. Kawasan ini pun sekarang hanya mempunyai lahan seluas 25.02 ha.
Terdapat lebih kurang 105 jenis burung sanggup yg bisa dijumpai di kawasan suaka margasatwa Muara Angke ini misalnya pecuk-ular asia (Ahinga melanogaster), punai gading (Treron vermans), belibis kembang (Dendrocygna arcuata), burung-sepatu teratai (Hydrophasianus chirurgus), mandar akbar (Porphyrio porphyrio), tikusan merah (Porzana fusca) hingga blekok sawah serta kuntul.
Selain burung-burung air, kawasan suaka margasatwa ini juga menjadi tempat asal bagi beberapa jenis burung lain yang terancam punah seperti bangau bluwok (Mycteria cinerea), elang bondol (Haliastur indus) yang ditetapkan menjadi maskot Jakarta, elang-laut perut putih (Haliaestus leucogaster), bubut jawa (Centropus nigrorufus) dan Jalak putih (Sturnus melanopterus).
Kini, kondisi SMMA telah sangat mengkhawatirkan, selain perkara eceng gondok yg semakin sulit dibasmi lantaran sudah merajalela selama bertahun-tahun, masalah sampah pun sebagai hal yg Mengganggu pemandangan dan mencemari perairan yang sebagai tempat asal beragam jenis ikan yg sebagai kuliner burung.
Sampah-sampah tadi dari menurut Kali Angke maupun yg dibawa oleh pengunjung dan akibat semakin padatnya tempat pemukiman pada kurang lebih kawasan tersebut. Apabila nir segera ditangani, sanggup memberi dampak kurang baik bagi kehidupan burung yang terdapat di kawasan ini. Terlebih lagi BirdLife Internasional telah memasukkan bunyi margasatwa ini sebagai Daerah Penting bagi Burung atau DPB di Pulau Jawa.
0 Response to "MUARA ANGKE HABITAT TERAKHIR BURUNGBURUNG DI PULAU JAWA"
Post a Comment