SERIWANG SANGIHE DI ANTARA HIDUP DAN MATI
January 09, 2019
Add Comment
Sebenarnya burung seriwang sangihe sudah usang dikenal pada taksonomis burung global, koleksi spesimen burung ini pertama kalinya dikumpulkan oleh seseorang naturalis berkebangsaan Jerman, AB Meyer di tahun 1873. Tapi, semenjak itu keberadaan spesies ini tidak pernah tercatat pulang.
Selama bertahun-tahun para peneliti beranggapan bahwa burung yang memiliki nama latin Eutrichomyias rowley ini dianggap telah punah, hingga lalu dalam tahun 1978, seseorang ornitholog Inggris, M.D Bruce mengaku sudah melihat seekor seriwang sangihe ini di lebih kurang Gunung Awu, di utara Pulau Sangihe, Sulawesi Utara.
Hanya saja, nir bukti yang mendukung pengakuannya tadi. Sampai pada tahun 1998 ketika tim ekspedisi pimpinan John Riley serta James C Wardill berdasarkan University of York dan University of Leeds menemukan jenis burung kembali.
Sayangnya, dalam inovasi balik spesies burung tadi, tak ada satu pun orang lokal yg mengenal atau mengetahui apa nama jenis burung endemik Sangihe ini. Bahkan burung ini nir mempunyai nama pada bahasa lokal mereka, hingga kemudian tim menggunakan nama Niu untuk menyebut nama burung ini. Niu merupakan rakyat setempat yang pertama kalinya menemukan kembali seriwang sangihe pada ekspedisi tadi. Sejak saat itulah, seriwang sangihe dikenal dengan nama burung niu atau manu' niu oleh masyarakat setempat.
Walaupun eksistensi burung niu ini sudah ditemukan kembali setelah 17 tahun 'menghilang', namun spesies burung ini masih berada pada status Kritis lantaran sempitnya daerah penyebaran serta populasi yg sangat mini , menggunakan jumlah kurang berdasarkan 150 ekor. Selain itu, banyak rakyat lebih kurang yang belum mengenal jenis burung seriwang sangihe ini, dan mereka kadang salah mengidentifikasinya menjadi burung-madu sangihe atau Aethopyga duyvenbodei, padahal penampilan keduanya sangat jauh tidak selaras.
Seriwang sangihe merupakan burung dengan tubuh berukuran lebih kurang 18cm, paruh tebal dan pendek, bulu dada bagian atas berwana biru gelap sedangkan tubuh bagian bawah berwarna abu-abu pucat. Sedangkan burung-madu sangihe mempunyai tubuh berukuran mini (12 centimeter) menggunakan bentuk paruh panjang melengkung ke bawah. Selengkapnya tentang burung-madu sangihe, silakan buka lagi tulisan sebelumnya pada sini:
Burung seriwang sangihe adalah jenis yg nir generik dijumpai juga dikenali oleh poly rakyat lantaran penyebaran serta habitatnya yang sangat terbatas. Jenis burung ini hanya mampu dijumpai pada lembah Pegunungan Sahendarumah yg berada jauh berdasarkan pemukiman.
Selain burung seriwang sangihe dan burung-madu sangihe, kawasan ini jua sebagai tempat asli bagi spesies burung kacamata paling langka di global yaitu kacamata sangihe.
Salam
Selama bertahun-tahun para peneliti beranggapan bahwa burung yang memiliki nama latin Eutrichomyias rowley ini dianggap telah punah, hingga lalu dalam tahun 1978, seseorang ornitholog Inggris, M.D Bruce mengaku sudah melihat seekor seriwang sangihe ini di lebih kurang Gunung Awu, di utara Pulau Sangihe, Sulawesi Utara.
Hanya saja, nir bukti yang mendukung pengakuannya tadi. Sampai pada tahun 1998 ketika tim ekspedisi pimpinan John Riley serta James C Wardill berdasarkan University of York dan University of Leeds menemukan jenis burung kembali.
Sayangnya, dalam inovasi balik spesies burung tadi, tak ada satu pun orang lokal yg mengenal atau mengetahui apa nama jenis burung endemik Sangihe ini. Bahkan burung ini nir mempunyai nama pada bahasa lokal mereka, hingga kemudian tim menggunakan nama Niu untuk menyebut nama burung ini. Niu merupakan rakyat setempat yang pertama kalinya menemukan kembali seriwang sangihe pada ekspedisi tadi. Sejak saat itulah, seriwang sangihe dikenal dengan nama burung niu atau manu' niu oleh masyarakat setempat.
Walaupun eksistensi burung niu ini sudah ditemukan kembali setelah 17 tahun 'menghilang', namun spesies burung ini masih berada pada status Kritis lantaran sempitnya daerah penyebaran serta populasi yg sangat mini , menggunakan jumlah kurang berdasarkan 150 ekor. Selain itu, banyak rakyat lebih kurang yang belum mengenal jenis burung seriwang sangihe ini, dan mereka kadang salah mengidentifikasinya menjadi burung-madu sangihe atau Aethopyga duyvenbodei, padahal penampilan keduanya sangat jauh tidak selaras.
Seriwang sangihe merupakan burung dengan tubuh berukuran lebih kurang 18cm, paruh tebal dan pendek, bulu dada bagian atas berwana biru gelap sedangkan tubuh bagian bawah berwarna abu-abu pucat. Sedangkan burung-madu sangihe mempunyai tubuh berukuran mini (12 centimeter) menggunakan bentuk paruh panjang melengkung ke bawah. Selengkapnya tentang burung-madu sangihe, silakan buka lagi tulisan sebelumnya pada sini:
Burung seriwang sangihe adalah jenis yg nir generik dijumpai juga dikenali oleh poly rakyat lantaran penyebaran serta habitatnya yang sangat terbatas. Jenis burung ini hanya mampu dijumpai pada lembah Pegunungan Sahendarumah yg berada jauh berdasarkan pemukiman.
Selain burung seriwang sangihe dan burung-madu sangihe, kawasan ini jua sebagai tempat asli bagi spesies burung kacamata paling langka di global yaitu kacamata sangihe.
Salam
0 Response to "SERIWANG SANGIHE DI ANTARA HIDUP DAN MATI"
Post a Comment