WALLACEA SURGANYA BURUNGBURUNG MISTERIUS

Pada jaman dahulu, beberapa kawasan yg meliputi Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara sebenarnya kurang begitu dikenal oleh para pengamat burung serta pula ornitolog global. Namun asumsi tersebut berubah setelah seorang naturalis Inggris yaitu Alfred Russel Wallace menjelajahi wilayah seluas 350.000 kilometer persegi itu serta menemukan bukti bahwa wilayah yang sebelumnya dipercaya miskin burung ternyata kaya akan burung endemik dan migran, termasuk beberapa jenis yang dipercaya misterius.


Alfred Russel Wallace (cc) Wallacefund.informasi)

Di loka tersebut, Wallace menemukan beberapa spesies burung yg pada antaranya adalah burung endemik yang berpenampilan cantik yg kemudian dijuluki menggunakan sebutan burung surgawi (birds of paradise), kemudian beliau mendeskripsikan batas-batas zoogeografis di kawasan yg dipercaya unik itu. Sebagai bentuk penghormatan atas penemuannya itu, daerah tersebut kemudian diabadikan dengan namanya yaitu Kawasan Wallacea.
Beberapa spesies burung yang ditemukan sang Wallace di daerah tadi merupakan bidadari halmahera (Semioptera wallacii), pleci / kacamata (Zosterops wallacii), walik wallacea (Ptilinopus wallacii), gosong maluku (Eulipoa wallacei), serta mandar gendang (Habroptila wallacii).
Bidadari halmahera atau Wallace's standarwings adalah jenis burung unik yang sempat membuat Wallace terpukau dan terpikat sang kecantikan serta tariannya. Spesies yang adalah kerabat cenderawasih ini ditemukannya di Pulau Bacan lebih kurang tahun 1858, Walalce sempat menyebut jenis burung ini merupakan burung paling anggun dari kepulauan yang mirip bidadari.
Pada masa itu, inovasi spesies lain burung cenderawasih pada kawasan tadi merupakan kejutan besar bagi Wallace dan para ahli burung dunia. Hal itu karena, selama ini ada anggapan pada kalangan mereka bahwa burung cenderawasih hanya terdapat pada Papua, tetapi ternyata asisten Wallace yg orang melayu yaitu Ali menemukan jenis cenderawasih lain pada luar Papua yaitu di Pulau Bacan, Halmahera.
Dalam sebuah tulisannya yg berjudul The Malay Archipelago: The Land of Orang-utan and The Birds of Paradise (1869), Wallace mengungkapkan dalam buku yg ditulisnya selesainya delapan tahun menjelajah Nusantara (1854-1863) itu bahwa sebenarnya burung bidadari halmahera merupakan spesies burung yg biasa saja, menggunakan tubuh berwarna hijau daun serta sedikit keungu-unguan di pangkal ekornya, serta bagian kepala yang dihiasi mahkota berwarna ungu mengkilat, sedangkan leher dan dadanya hijau mengkilat.
Namun yg membuatnya terpesona adalah empat helai bulu panjang yg berwarna putih susu yang keluar berdasarkan pangkal sayap yg membuat spesies ini menjadi tampak unik. Bulu-bulu sepanjang enam inchi itu tampak sangat lembut serta seperti dianyam dalam bagian sayapnya. Pada saat fajar menyingsing, burung ini akan memamerkan bulu-bulu tadi sembari menari buat menarik perhatian burung betina.


Selain bidadari halmahera, spesies burung misterius lain yg pula menarik perhatian Wallace adalah mandar gendang yang juga adalah endemik Halmahera. Spesies burung ini mempunyai sebutan gendang karena suaranya yang mengelegar seperti dentuman gendang. Yang mengakibatkan spesies ini menjadi misterius merupakan karena meski suah berkali-kali pada cari, tetapi burung mandar gendang tidak bisa ditemukan sang pengamat burung atau para ilmuwan selama bertahun-tahun. Karena itulah, spesies ini memiliki nama bahasa Inggris yg cukup unik yaitu invisible rail.
Saat ini, mandar gendang masuk pada status rentan serta terus mengalami penurunan populasi akibat rusaknya habitat, deforestasi, dan kegiatan pemanenan sagu secara komersial oleh para penduduk lebih kurang, namun meski sudah dipercaya sebagai satwa langka faktanya mandar gendang masih belum masuk pada daftar jenis burung yg dilindungi.
Spesies burung lain adalah walik wallacea atau merpati buah yg ditemukan sang Wallace di tajuk pepohonan. Anehnya, meski mempunyai tubuh berwarna cerah, namun spesies ini sangat sulit buat diamati waktu bertengger diam sembari memetik buah-buahan yg menjadi makanan kegemarannya. Kalau sudah begitu, para pengamat hanya sanggup mendengarkan suara kepakan sayapnya saja saat burung ini terbang keluar dari rimbunnya daun pada pepohonan. Setelah itu mereka pun akan segera mencari-cari keberadaan burung lain yang masih bersembunyi di sekitar pohon tadi, karena walik wallacea dikenal menjadi burung koloni.



 

Disamping menemukan majemuk spesies burung unik serta misterius pada daerah tadi, dalam salah satu tulisannya yg berjudul On The Zoological Geography of The Malay Archipelago, Alfred Russel Wallace sempat menyatakan rasa herannya lantaran hewan seperti Gajah, Harimau, dan Badak hidup di daerah barat Indonesia, sedangkan kuskus dan kasuari hanya ada pada daerah timur Indonesia, apalagi cenderawasih yang hanya terdapat di Papua.
Rasa herannya semakin menjadi tatkala mengetahui bahwa anoa, babirusa, dan dihe banyak ditemukan di Sulawesi serta nir ditemukan pada Kalimantan, padahal kedua pulau tadi hanya dipisahkan sang Selat Makassar. Yang lebih dramatis adalah saat beliau menemukan sejumlah spesies burung jalak bali yg hanya berkembang biak di Pulau Bali , sedangkan di Pulau Lombok yang hanya dibatasi sang selat sepanjang 32 kilometer beliau nir menemukan keberadaan spesies burung cantik tersebut.
Atas kemisteriusan serta keanehan-keanehan yang ia temui selama menjelajah beberapa daerah pada Nusantara itu, Wallace mempunyai kesimpulan bahwa terdapat batas-batas antara flora-hewan yang ditemukan pada bagian barat yang mirip margasatwa Asia menggunakan bagian timur Nusantara yg memiliki flora-fauna yg seperti menggunakan yg beliau temukan di Australia. Sejak itulah, Walalce memisahkan kedua bagian itu dengan garis pemisah yg membentang mulai menurut Selat Lombok ke Selat Makasar dan lalu ke arah timur Mindanao (Filipina) dan Sangihe.


Dari masing-masing daerah yang terbagi sang garis pemisah tersebut, Wallace mendeskripsikan beberapa spesies spesifik yang mendominasi sebuah tempat ekologis, sedangkan dalam jeda tertentu berdasarkan garis itu ( sekitar 32 km) ada spesies lainnya. Belakangan, teori Wallace itu didukung sang Thomas Henry Huxley yg kemudian menyebut garis itu dengan nama Garis Wallace.
Dalam khazanah burung Indonesia, tempat Wallacea dikenal jua sebagai tempat bagi 697 jenis burung yg beberapa di antaranya adalah burung penetap serta migran. Dari jumlah tersebut, 249 jenis merupakan burung endemik yg unik dan tidak ditemukan pada wilayah lainnya di Nusantara.
Semoga menambah pengetahuan.

0 Response to "WALLACEA SURGANYA BURUNGBURUNG MISTERIUS"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel