ILMUWAN INI MEMELUK ISLAM KARENA PENEMUAN GANJIL DI LAUT
April 18, 2016
Add Comment
Rahasia Dua Laut Yang Berdampingan Tetapi Berbeda Rasa
Jika Anda termasuk orang yg gemar menonton program TV `Discovery Chanel’ niscaya kenal Mr. Jacques Yves Costeau, ia seorang ahli Oceanografer serta ahli selam terkemuka berdasarkan Perancis. Orang tua yg berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke aneka macam dasar lautan di seantero dunia serta menciptakan film dokumenter mengenai keindahan alam dasar laut buat ditonton sang semua global.
Pada suatu hari waktu sedang melakukan eksplorasi di bawah bahari, datang-datang ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap cita rasanya lantaran nir bercampur/nir melebur menggunakan air laut yg asin pada sekelilingnya, seolah-olah terdapat dinding atau membran yang membatasi keduanya.
Fenomena gasal itu menciptakan pening ketua Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari tahu penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah samudera . Ia mulai berpikir, jangan-jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam.
Waktu pun terus berlalu sehabis insiden tadi, tetapi beliau tidak kunjung mendapatkan jawaban yg memuaskan tentang kenyataan ganjil tersebut.
Sampai pada suatu hari beliau bertemu dengan seseorang profesor muslim, lalu dia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat dalam ayat Al Quran tentang bertemunya dua samudera (surat Ar-Rahman ayat 19-20) yg seringkali diidentikkan menggunakan Terusan Suez.
Ayat itu berbunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laayabghiyaan…” Artinya: “Dia membiarkan 2 lautan mengalir yg keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang nir dilampaui masing-masing.” Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas.
Selain itu, pada beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya 2 samudera tapi tak bercampur airnya diartikan menjadi lokasi muara sungai, pada mana terjadi pertemuan antara air tawar menurut sungai serta air asin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yg berbunyi “Yakhruju minhuma lu’lu`u wal marjaan” Artinya “Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.” Padahal di muara sungai nir ditemukan mutiara.
Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya pada samudera yang pada. Al Qur’an ini mustahil disusun sang Muhammad yang hayati di abad ke tujuh, suatu zaman ketika belum terdapat alat-alat selam yg sophisticated buat mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman lautan.
Benar-sahih suatu karamah , keterangan tentang kenyataan ganjil 14 abad yang silam akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun mengatakan bahwa Al Qur’an memang sesungguhnya buku suci yang berisi firman Allah, yg seluruh kandungannya absolut benar. Dengan seketika beliau pun memeluk Islam.
Subhanallah… Mr. Costeau mendapat hidayah melalui kenyataan teknologi kelautan. Maha Benar Allah yg Maha Agung. Shadaqallahu Al`Azhim.
Rasulullah s.A.W. Bersabda:
“Sesungguhnya hati insan akan berkarat sebagaimana besi yg dikaratkan sang air.” Bila seorang bertanya, “Apakah caranya buat membuahkan hati-hati ini bersih pulang?” Rasulullah s.A.W. Bersabda, “Selalulah ingat mangkat serta membaca Al Quran.”
Berikut ini adalah ketika Kapten Cousteau menceritakan insiden yg sudah mengakibatkan beliau sebagai seseorang Muslim :
“In 1962 German scientists said that the waters of the Red Sea and the Indian Ocean did not mix with each other in the Strait of Bab-ul-Mandab where the Aden Bay and the Red Sea join. So we began to examine whether the waters of the Atlantic Ocean and the Mediterranean mixed with each other. First we analyzed the water in the Mediterranean to find out its natural salinity and density, and the life it contained. We repeated the same procedure in the Atlantic Ocean. The two masses of water had been meeting each other in the Gibraltar for thousands of years. Accordingly, the two masses of water must have been mixing with each other and they must have been sharing identical, or, at least, similar properties in salinity and density. On the contrary, even at places where the two seas were closest to each other, each mass of water preserved its properties. In other words, at the point where the two seas met, a curtain of water prevented the waters belonging to the two seas from mixing. When I told Professor Maurice Bucaille about this phenomenon, he said that it was no surprise and that it was written clearly in Islam’s Holy Book, the Qur’an al-karim. Indeed, this fact was defined in a plain language in the Qur’an al-karim. When I knew this, I believed in the fact that the Qur’an al-karim was the ‘Word of Allah’. I choseIslam, the true religion. The spiritual potency inherent in the Islamic religion gave me the strength to endure the pain I had been suffering for the loss of my son.”
Dan terjemahannya menjadi berikut :
Pertama kita menganalisis air di Mediterania buat mengetahui habitat, salinitas serta densitas, serta apa yang hayati di dalamnya. Kami mengulangi mekanisme yg sama dalam Samudera Atlantik. Dua jenis air telah bertemu masing-masing lain dalam Gibraltar selama ribuan tahun. Dengan demikian dua jenis air pasti telah bercampur dengan satu sama lainnya dan mereka niscaya telah menyebarkan identik, atau, paling nir, sama salinitas serta densitasnya.
Sebaliknya, bahkan pada tempat pada mana terdapat 2 bahari yg paling dekat menggunakan satu sama lain, setiap jenis air bahkan misalnya dibiarkan terpisah. Dengan istilah lain, dalam titik di mana dua lautan bertemu, ada sebuah tirai air yg mencegah air masuk ke pada dua laut menurut pencampuran.
Ketika aku memberitahu Profesor Maurice Bucaille mengenai fenomena ini, ia mengatakan bahwa nir terkejut dan bahwa itu ditulis menggunakan kentara pada Kitab Suci Islam, Al-Qur’an al-karim. Memang, fakta ini didefinisikan jelas pada bahasa dalam Al-Qur’an al-karim. Ketika saya mengetahuinya, aku percaya berita bahwa Al-Qur’an al-karim adalah ‘Firman Allah’.
Saya memilih Islam, kepercayaan yang benar. Potensi spiritual yang melekat pada Agama Islam memberi saya kekuatan buat menunda rasa sakit atas penderitaan karena kehilangan anakku.”
Perihal ke-Islaman beliau, kini diperdebatkan sehabis munculnya surat dari wakil Keuskupan Katolik Roma di Perancis yg menyatakan dia nir jadi pindah agama menjadi Islam dan dimakamkan secara Katolik Roma. Tetapi begitu, aku konfiden sehabis pengakuan beliau dengan saksi Professor Maurice Bucaille, jati dirinya sebagai Muslim tidak akan tergoyahkan sehabis dia melihat sendiri bagaimana Allah menciptakan suatu keajaiban dari dua buah laut yg bertemu. Yaitu global samudera yang sangat beliau cintai sejak kecil. Wallahu’alam
0 Response to "ILMUWAN INI MEMELUK ISLAM KARENA PENEMUAN GANJIL DI LAUT"
Post a Comment